Menelusuri Keistimewaan Kerak Telor: Sajian Legendaris dari Betawi
Kerak telor, makanan khas Betawi yang kerap menghiasi berbagai festival dan acara di Jakarta, bukan sekadar makanan. Ia adalah simbol budaya dan sejarah yang kaya akan cerita dan tradisi. Mari kita telusuri asal usul, sejarah, serta hal-hal menarik mengenai makanan legendaris ini.
Asal Usul dan Sejarah Kerak Telor
Kerak telor pertama kali muncul pada masa penjajahan Belanda, sekitar abad ke-17. Makanan ini konon tercipta dari kreativitas warga Betawi yang memanfaatkan bahan-bahan sederhana yang tersedia di sekitar mereka. Bahan-bahan tersebut adalah beras ketan putih, telur ayam atau bebek, serundeng (kelapa parut yang disangrai), ebi (udang kecil yang dikeringkan), bawang merah goreng, dan bumbu-bumbu lainnya.
Nama "kerak" sendiri berasal dari bahasa Betawi yang berarti "kerak-kerak" atau "lapisan tipis", mengacu pada tekstur luar kerak telur yang renyah. Sedangkan "telor" merupakan kata dalam bahasa Indonesia yang berarti telur, bahan utama dari hidangan ini.Â
Dalam sejarahnya, kerak telor awalnya merupakan makanan yang disajikan dalam acara-acara penting, seperti pernikahan atau perayaan adat. Namun, seiring berjalannya waktu, makanan ini mulai dikenal lebih luas dan menjadi salah satu ikon kuliner Jakarta yang banyak diburu wisatawan.
Proses Pembuatan yang Unik
Proses pembuatan kerak telor cukup unik dan menarik untuk disaksikan. Pertama, beras ketan direndam hingga setengah matang, lalu ditaruh di atas wajan besi tanpa menggunakan minyak. Telur kemudian dipecahkan dan dicampur dengan beras ketan, serundeng, ebi, dan bumbu-bumbu. Adonan tersebut kemudian dipanggang di atas arang hingga matang, dan yang menjadikannya khas adalah proses pemanggangan yang dilakukan dengan cara membalik wajan hingga keraknya terbentuk sempurna.
Hal-Hal Menarik Tentang Kerak Telor