VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, ketika menjajah Nusantara, termasuk Indonesia dan Malaysia, membawa serta sistem mata uang mereka. Salah satu mata uang yang digunakan adalah "duit". Selama masa kolonial, VOC memperkenalkan koin "duit" sebagai alat tukar di wilayah jajahannya.
Koin "duit" ini diterima dan digunakan oleh penduduk lokal dalam berbagai transaksi perdagangan. Karena sering digunakan dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, istilah "duit" diadopsi oleh penduduk setempat untuk menamai uang secara umum. Pengaruh Belanda dalam hal ini sangat kuat, mengingat dominasi mereka dalam perdagangan dan administrasi di Nusantara selama berabad-abad.
Contoh Mata Uang Logam Duit
Untuk memberikan gambaran lebih jelas, berikut ini adalah contoh mata uang logam "duit" yang digunakan selama masa kolonial:
- Koin Duit Belanda: Biasanya terbuat dari tembaga atau perunggu, koin ini berukuran kecil dan memiliki nilai nominal yang rendah. Desainnya sering kali mencakup lambang atau simbol dari VOC.
- Koin Duit di Nusantara: Koin yang diperkenalkan oleh VOC di Nusantara juga memiliki karakteristik serupa, dengan inskripsi dan lambang yang menunjukkan asalnya dari Belanda.
- Pengaruh Koin Duit dalam Kebudayaan
Kehadiran koin "duit" tidak hanya mempengaruhi aspek ekonomi, tetapi juga kebudayaan. Istilah "duit" menjadi bagian dari bahasa sehari-hari dan digunakan dalam berbagai ungkapan dan peribahasa. Contohnya, dalam bahasa Indonesia ada istilah "tak ada duit" yang berarti tidak memiliki uang.
Perkembangan dan Evolusi Istilah "Duit"
- Masa Kolonial
Setelah masa kolonial berakhir, istilah "duit" tetap bertahan dalam kosakata lokal. Di Indonesia dan Malaysia, "duit" masih digunakan hingga hari ini untuk merujuk kepada uang. Meskipun mata uang yang digunakan sudah berbeda, dengan Indonesia menggunakan rupiah dan Malaysia menggunakan ringgit, istilah "duit" tetap menjadi bagian integral dari bahasa sehari-hari.
- Pengaruh dalam Bahasa dan Ekspresi Sehari-Hari
Penggunaan kata "duit" juga meluas dalam berbagai ekspresi dan idiom. Di Indonesia, misalnya, ungkapan seperti "cari duit" (mencari uang) dan "duit pas-pasan" (uang yang cukup untuk kebutuhan minimum) sangat umum digunakan. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya istilah ini tertanam dalam budaya dan bahasa.