Mohon tunggu...
Rulli Rachman
Rulli Rachman Mohon Tunggu... -

"talk with me about football, travelling, camping, books, coffee even engineering..."

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Lazio, Arti Sebuah Perjuangan

18 Mei 2017   12:14 Diperbarui: 19 Mei 2017   08:33 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chelsea keluar sebagai jawara Premiere League musim 2016-2017 setelah mengalahkan West Bromwich Albion minggu lalu. Tim besutan Antonio Conte ini memastikan gelar juara saat masih tersisa 2 (dua) laga yang belum dimainkan. Chelsea mengakhiri musim dengan sukses mengingat kompetisi premier league kali ini cukup berat. Awal musim diwarnai dengan kedatangan pelatih-pelatih baru. Pep Guardiola disambut dengan gegap gempita di Etihad Stadium, Mourinho merapat ke Old Trafford, Chelsea pun mendatangkan Antonio Conte. Pelatih lama pun wajib diwaspadai, sebut saja Juergen Klopp, Mauricio Pochettino, Arsene Wenger (ya, tentu nama bapak satu ini wajib masuk perhitungan). Belum lagi arsitek tim papan tengah semacam kompartriot Pep di Barca dahulu, Ronald Koeman di Everton, pelatih West Ham United Slaven Billic, Walter Mazzari di Watford, dan tak lupa mantan pelatih Inggris ; Sam Allardyce di Crystal Palace.

Liga Inggris menyusul Bundesliga yang kembali menghadirkan Bayern Munich sebagai kampiun untuk ke 5 kalinya. Tak heran banyak yang mengusulkan agar Bundesliga diganti saja namanya menjadi Bayern League. Di tanah Spanyol, Barcelona masih harus berjuang hingga akhir musim dengan rival abadinya Real Madrid. Sementara di Belanda, Feyenoord meraih gelar liga setelah penantian 18 tahun.

Namun rasanya belum ada yang bisa menyamai perjuangan hingga detik akhir musim untuk meraih juara seperti yang dialami Lazio di Serie A 1999-2000.

Pada musim itu Lazio bersaing ketat dengan Juventus di puncak klasemen hingga pekan ke 33. Klasemen menunjukkan Juve memimpin 2 angka diatas Lazio. Pertandingan terakhir digelar tanggal 14 Mei 2000 mempertemukan Lazio dengan Reggina di Roma, sedangkan Juve bertandang ke Perugia. Kemenangan Lazio akan percuma apabila Juve juga menang di Perugia. Playoff akan dilakukan andai Juve memetik hasil seri dan Lazio menang.

Matchday ke 34, cuaca cerah di Stadion Olimpico Roma. Bagaimana dengan cuaca di Perugia? Hujan. Deras! Pertandingan pun sempat tertunda. Alih-alih dibatalkan, atas kesepakatan bersama pertandingan tetap dilanjutkan. Penundaan pertandingan ini mengakibatkan pertandingan Lazio selesai lebih cepat. Lazio sukses mengunci kemenangan dengan skor 3-0. Usai laga para supporter memilih untuk bertahan di stadion. Mereka mendengarkan dengan harap-harap cemas update terkini pertandingan Juventus melalui radio. Penantian ini cukup mengkhawatirkan, mengingat Lazio pernah mengalami kondisi yang sama persis saat musim sebelumnya. Mengalahkan Parma dengan elegan 3-0 pada pertandingan terakhir tak cukup untuk mengunci gelar juara karena Milan mengalahkan Perugia di menit-menit akhir.

Dan keajaiban itu terjadi. Skor 1-0 untuk keunggulan Perugia bertahan hingga peluit akhir ditiup si wasit plontos Pierluigi Collina. Bersamaan dengan itu ribuan supporter Lazio  di Olimpico sontak bersorak sorai gembira. Tak ada yang bisa menahan mereka untuk tumpah ruah menyerbu ketengah lapangan stadion. Scudetto!  Betapa terharunya saya melihat ekspresi kegembiraan sang allenatore Sven Goran Ericcson dan Roberto Mancini yang masih berstatus pemain Lazio. Saat itu terus terang saya juga sempat pesimis Lazio bisa juara mengingat lawan terakhir Juventus adalah Perugia yang diatas kertas berada jauh dibawah levelnya.

Akhir yang dramatis itu melengkapi perjalanan penuh perjuangan skuat Lazio dikala itu. Terlepas bahwa musim itu dimulai dengan sedikit kontroversi. Setelah sukses memboyong Christian Vieri yang cemerlang dari Atletico Madrid, Lazio secara mengejutkan menjual kembali ‘Bobo’ Vieri dengan banderol harga 30 juta poundsterling. Banyak yang mempertanyakan keputusan sang presiden klub Sergio Cragnotti, walaupun ia dengan lantang menyatakan bahwa keputusan tersebut adalah keputusan terbaik dari sisi finansial klub.

Blair Newman dalam artikelnya di theguardian.com menulis bahwa keputusan Cragnotti ini menimbulkan impak lain di masyarakat Italia.

Salah satu fans Lazio, Elio Di Cristofalo (25 thn) menarik kesimpulan sendiri tanpa ragu. Sebelum mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di jalur kereta bawah tanah, Elio menulis catatan terakhirnya :

- "Addio . . . I don't even know why I am still alive . . . Lazio have sold Vieri for £30m. All that money for a footballer, but money is not everything in life." – yang kurang lebih berarti bahwa uang bukan segalanya untuk seorang pesepakbola.

Nesta, Conceicao dan Mihajlovic.
Nesta, Conceicao dan Mihajlovic.
Namun kubu Lazio sepertinya dengan cepat melupakan polemik soal Vieri. Hal ini terlihat dari perjalanan Lazio yang cukup manis. Mereka mencetak Rekor tak terkalahkan di kandang sepanjang musim. Kekalahan terbesar mereka hanya 1 kali dan itu didapat kala menghadapi rival sekotanya, AS Roma. Bicara tentang skuat, Lazio kala itu memiliki komposisi pemain yang fantastis menurut saya. Lini belakang masih ada Alessandro Nesta dan Sinisa Mihajlovic si ahli tendangan bebas dengan kaki kirinya. Lini tengah dihuni otak serangan Juan Sebastian Veron yang didatangkan dari Parma dengan uang hasil penjualan Vieri. Playmaker plontos ini berbagi peran dengan Dejan Stankovic atau Matias Almeyda. Di depan ada Alen Boksic dan Marcelo Salas yang siap menyambut umpan silang dari Sergio Conceicao atau Pavel Nedved. Kalau belum cukup masih ada Simone Inzaghi yang skill-nya tak kalah mumpuni dibanding kakaknya. Dengan materi pemain seperti itu rasanya sayang andaikan mereka tidak mengangkat trophy juara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun