Mohon tunggu...
Khairurrazikin
Khairurrazikin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hello, my name is Rull, I like writing but only sometimes, but when I write I'm in a very good mood maybe that's enough and thank you.....

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Permasalahan Sampah di Sungai, Masalah yang Hampir Selalu Ada di Tengah-tengah Masyarakat

22 Juni 2024   07:10 Diperbarui: 22 Juni 2024   07:25 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Dokumen pribadi

Desa Caturtunggal papringan, Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, Yogyakarta Sungai Gadjah Wong, merupakan sungai yang mengalir di dekat perumahan warga Desa Caturtunggal dan sekitarnya. Sungai/kali ini juga berada di sebelah utara UIN Sunan Kalijaga/Museum Affandi.

Sungai Gadjah Wong setiap tahunnya pasti mengalami banjir. Namun sekarang setelah adanya talud bantuan dari pemerintah keadaan sungai sudah aman dari banjir. Peristiwa banjir pada tahun 2016 merupakan banjir tebesar yang pernah terjadi di sungai gajah wong ini. Kejadian ini menyebabkan bebrapa rumah warga yang ada dipemukiman tersebut hancur ikut terbawa aliran banjir.

Penyebab Pencemaran Sungai Gadjah Wong

Dalam beberapa tahun terakhir, sungai yang dulunya jernih ini telah berubah menjadi tempat pembuangan sampah bagi sebagian warga. Limbah rumah tangga, plastik, dan lainnya menjadi pemandangan umum di sepanjang aliran sungai. Keadaan ini semakin diperparah oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan sungai dan minimnya fasilitas pengolahan sampah yang memadai.

Menurut Bapak Bd (47), seorang warga asli yang telah lama tinggal di Desa Caturtunggal, Beliau juga adalah  Ketua RT 07, RW 02 Papringan dan merupakan Ketua Komunitas Peduli Gadjah Wong (KPGW) se-Papringan. Kondisi sungai semakin cukup membaik dari setiap tahunnya dikarenakan adanya talud (dinding yang terbuat dari beton atau batu kali yang disusun sebagai penahan tanah) dari pemerintah masyarakat mulai sadar dengan sampah, sehinggga mulai mengurangi aktivitas yang tidak baik tersebut. Sungai ini juga sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat untuk memancing ikan bagi masyarakat setempat dan lainnya

Dampak Pencemaran Terhadap Lingkungan Keamanan dan Kesehatan

Pencemaran sungai ini telah menimbulkan dampak serius bagi lingkungan sekitar. Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah banjir. Sampah yang menumpuk di sungai menyebabkan aliran air terhambat. Tetapi penyebab banjir sendiri masih tidak diketahui dikarenakan air sungai tiba-tiba meluap dan menggenangi rumah-rumah warga. Dalam setahun terakhir saja, sungai Gadjah wong digenangi banjir sampah.

Selain banjir, pencemaran sungai juga membawa ancaman penyakit bagi warga. Air sungai yang tercemar menjadi sarang bagi berbagai macam bakteri dan virus. Warga sering kali mengalami penyakit demam berdarah akibat kontak langsung dengan air sungai yang tercemar. Sampah yang dibuang juga menimbulkan bau yang menyengat bagi warga sekitar pemukiman.

Keamanan sungai bagi warga sendiri terutama anak-anak sangat perlu diperhatikan, seperti dulu sebelum adanya talud sering terjadi kejadian  anak-anak dibawah usia 7 tahun dan yang baru belajar jalan sekitar 1 tahun atau 2 tahun. “Ketika orang tuannya lengah anak bermain di sungai jalan sendiri, akhirnya terjatuh ke sungai. Kejadian pernah dialami oleh dua warga, Alhamdulillah warga bisa ditemukan dan dalam keadan masih selamat. Tetapi sekarang sudah aman dari kejadian seperti itu” ujarnya.

Upaya Penanggulangan dan Kendala yang Dihadapi

Menyikapi kondisi ini, pemerintah desa bersama-sama dengan organisasi lingkungan seperti relawan dan rescue telah melakukan berbagai upaya untuk membersihkan sungai dan mengedukasi warga tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengadakan gotong royong/bakti sosial rutin untuk membersihkan sampah di sepanjang aliran sungai Gadjah Wong. Selain itu, kampanye sadar lingkungan juga digencarkan melalui berbagai media sosial dan pertemuan warga.

Namun, upaya ini bukan tanpa kendala. Kurangnya dana dan sumber daya manusia menjadi hambatan utama dalam penanggulangan masalah ini. Selain itu, masih ada sebagian warga dan yang kurang peduli dan terus membuang sampah sembarangan.

Peran Pemerintah dan Harapan Warga

Warga Desa Caturtunggal papringan berharap pemerintah daerah dapat mengambil tindakan lebih tegas terhadap pelaku pencemaran sungai. Penerapan sanksi yang lebih berat bagi pihak yang terbukti membuang sampah sembarangan juga diharapkan dapat memberikan efek jera. Selain itu, peningkatan fasilitas pengelolaan sampah dan penyediaan tempat pembuangan yang memadai juga sangat dibutuhkan untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke sungai.

Pihak yang bertanggung jawab terhadap kebersihan sungai adalah semua warga yang berada di daerah tersebut, desa juga mempunyai relawan rescue tetapi hanya sebatas relawan yang ada Ketika terjadi kejadian seperti tanah longsor dan banjir. Relawan tidak bisa dikatakan sebagai penanggung jawab, karena penanggung jawab utama adalah pemerintah. Seperti tanggap bencana, tanggap darurat pemerintah harus extra dan siap memantau. Masyarakat juga diharapkan bisa menjaga dan mempunya kesadaran penuh akan dampak yang bisa terjadi

Adapun peran yang sudah dilakukan oleh pemerintah adalah seperti pembuatan talud dan mengedukasikan kepeda masyarakat mengenai dampak bahaya yang terjadi dan membuat pamflet untuk warga.  Ketua RT setempat, menyampaikan keprihatinannya, "Kalau untuk pengerukan sungai, belum ada Tindakan sama sekali mulai dari saya kecil. Seharusnya kalau sungai yang sudah terlalu dangkal, harus dilakukan Tindakan pengerukan, supaya air sungainya berjalan dengan lancar."

Pentingnya Partisipasi Aktif Masyarakat

Pencemaran sungai Gadjah Wong tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh warga masyarakat. Partisipasi aktif dari setiap individu sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan sungai harus terus digalakkan, baik melalui sekolah-sekolah, komunitas, maupun media massa.

Untuk kesadaran masyarakat menurut Bapak Bdi adalah masih 50-50, Setengah warga sudah sadar dan setengah yang lainnya masih kurang. Sebenarnya semua masyarakat sudah sadar mengenai dampak yang bisa terjadi, hal ini dikarenakan adanya pertemuan rutin antara warga dalam menyadarkan masyarakat. Kegiatan edukasi warga diberikan oleh kepala RT setempat, padukuan dan dari kecamatan. Namun dari kabupaten dan provinsi belum pernah turun langsung memberikan edukasi. Adapun terakhir kali diberikan edukasi adalah kurang lebih sekitar 2 tahun sebelum dibuatrnya talud.

Sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh warga pemukiman sungai Gadjah Wong adalah dengan menerapkan pajak sampah, yakni membayar tukang samaph yang akan membuang sampah-sampah yang ada di tempat pembuangan sampah baik di wilayah ambarukmo maupun di wilayah Bantul. Untuk petugas sendiri akan datang mengambil sampah setiap 1 kali dalam  seminggu jika sungai dalam keadaan normal, tetapi juga bisa dalam 2 minggu sekali. Adapun jatah yang disepakati oleh masyarakat setempat adalah minimal 25 ribu rupiah per bulanannya untuk warga yang memiliki kos-kosan dan warung, namun untuk warga masyarakat setempat adalah kurang lebih 10-15 ribu perbulannya.

Harapan Masa Depan

Bapak Bd selaku pemangku wilayah sungai berharap adanya kegiatan-kegiatan khususnya dari mahasiswa sendiri juga ikut bekerja sama dan ikut bantu dalam kegiatan bersih-bersih sungai jadi merasakan secara langsung kegiatan pembersihan lingkungan, tidak hanya wawancara dan membaca, tetapi langsung ikut serta kegiatan. Masyarakat sebagai pemangku, pendidik juga merasakan dan mahasiswa  juga bisa mepraktekan secara langsung, tidak hanya dengan wacana dan membaca dari berita saja mengenai karakter masyarakat di wilayah seperti sungai, tetapi menjadi tahu persis bagaimana kondisi sungai di wilayah kami.

sumber gambar: Dokumen pribadi
sumber gambar: Dokumen pribadi

“Namun semua itu kita kembalikan kepada masyarakat mungkin di wilayah kami bisa kami atur, kami sarankan seperti itu, namun jika diatas masih kotor kalau masih sama saja membuang sampah jadinya yang bawah juga akan tetap merasakan. Intinya adalah harus sama-sama memiliki kesadaran masing-masing mengenai dampak pembuangan sampah di sungai, jika diatas di bawah sudah dibersihkan tetapi diatas masih saja membuang, sama saja percuma. Sehingga peran masyarakat sangat diperlukan” ujarnya.

Sumber gambar: Dokumen pribadi
Sumber gambar: Dokumen pribadi

Meski tantangan yang dihadapi tidaklah mudah, kepala RT papringan tetap optimis bahwa kondisi sungai mereka akan membaik. Dengan kerjasama yang solid antara pemerintah, mahasiswa, masyarakat, dan berbagai organisasi, impian untuk melihat kembali sungai Gadjah Wong yang bersih dan indah bukanlah hal yang mustahil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun