Mohon tunggu...
Ruki Setya
Ruki Setya Mohon Tunggu... Guru - momong anak-anak

menghabiskan waktu bersama anak-anak di kampung dengan bermain bola dan menulis untuk berbagi pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan Bertabuh

8 Desember 2023   09:47 Diperbarui: 8 Desember 2023   10:00 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Turun lembut dari langit biru,

Menyapa bumi dengan goyangan yang damai.

Tetesan air berdansa riang seperti senyum,

Menghapus jejak panas memberi hidup baru.

Gelora rindu dari awan-awan tinggi,

Jatuh dalam pelukan bumi yang haus.

Setiap tetes adalah nyanyian kehidupan,

Menyapu segala kering dan terlalu gersang.

Di balik awan, pelangi menari,

Warna-warni cinta terhampar di ufuk.

Hujan adalah peluk erat dari langit,

Menyirami hati yang kemarin gersang.

Gurat-gurat hujan di jendela kaca,

Menyelinap dengan lembut seperti peluk mesra.

Mengajak kita ke dalam dunia yang tenang,

Menghapuskan duka, merangkul dalam damai.

Dengarlah

irama hujan yang lembut,

Seolah-olah piano, biola, sexapon bertabuh

mengalun lagu teduh.

Mengajak bumi dan langit bersatu,

Menyatu dalam syair yang abadi.

Hujan, pembaruan dari sang pencipta,

Menyirami bumi dengan kasih sayang.

Dalam setiap tetesnya kisah kehidupan berlanjut,

Menyemai harapan, menyegarkan jiwa yang letih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun