Dua anakku diantaranya sudah mulai nampak sifat serba ingin sempurna. Kadang menjengkelkan saat mau berangkat sekolah dan waktu sudah mepet akan tetapi ada saja keluhan dari Enzi (6,5) dan Syuja (4), mulai dari lengan baju berkerut, rok nampak miring, kaus kaki tinggi sebelah, ujung ikat pinggang terlihat mencuat, dan sebagainya. Sudah dibetulkan berulang-ulang kadang tetap belum puas. Sering kali sampai nangis ngambek tak mau berangkat sekolah.
Kalau anak-anak ini mempelajari sesuatu harus sampai bisa. Sering tidur terlambat karena mengutak-atik mainan baru hingga merasa mahir memainkannya.
Pernah suatu ketika Enzi sedang di atas panggung dalam suatu lomba paduan suara antar TK. Tahu-tahu Enzi nampak mengangkat roknya. Ia nampak menarik-narik ujung singletnya yang dimasukkan ke dalam rok. Ia merasa unjung singlet itu terasa kurang simetris. Otomatis orang tua murid yang hadir dan teman-temannya jadi terpancing lirik-lirik.
Demikianlah. Mendidik anak perfeksionis ada suka dukanya. Kesulitannya seperti contoh di atas. Sukanya saat mengajarinya sesuatu, tanpa harus disuruh-suruh ia akan belajar sendiri sampai bisa.
Menakar titik perlakuan yang pas supaya kejiwaan anak tidak berkembang ke arah negatif, menjadi tantangan tersendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H