Mohon tunggu...
Rufus Christian
Rufus Christian Mohon Tunggu... Lainnya - Laki Tulen, Usia 20

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Raditya Dika Membuktikan Cinta Tidak Selalu Mulus Melalui Dua Film Ini!

15 Desember 2020   04:42 Diperbarui: 15 Desember 2020   06:01 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon merupakan film layar lebar yang dirilis pada tahun 2013. Kedua film ini merupakan sequel, yang mana Manusia Setengah Salmon adalah kelanjutan dari film Cinta Brontosaurus.

Film-film tersebut merupakan film Indonesia yang bergenre film romantis komedi, dengan menceritakan kisah percintaan seorang pria bernama Dika, serta keanehan latar belakang keluarga hingga hampir seluruh aspek hidup dari Dika. Salah satu isu yang diangkat adalah pemikiran masyarakat terhadap indahnya kisah percintaan, dan film ini ingin menyampaikan bahwa kisah percintaan tidak seindah yang dibayangkan.

Film tidak hanya sebagai media hiburan, akan tetapi film juga dapat dilihat sebagai media massa. Film yang dikonsumsi khalayak sebenarnya termasuk sebagai media massa karena film membentuk sebuah realitas dari berbagai faktor (Panuju, 2019, hlm. 77).

Konstruksi realitas tersebut dibentuk oleh selera, kemauan, dan kepentingan pembuat naskah, selain itu, terdapat juga kepentingan faktor ekonomi dari produser film (Panuju, 2019, hlm. 77). Berdasar pada hal tersebut, maka nilai atau pesan moral pun terbentuk, yang mana pesan inilah yang ingin disampaikan kepada khalayak.

okezone.com
okezone.com
Sutradara dari film Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon ialah Raditya Dika. Raditya Dika menjadi salah satu contoh yang relevan dengan teori yang ada dalam perfilman, yaitu Auteur.

Auteur merupakan kata yang berasal dari bahasa perancis, yang secara teoritis Auteur mengkaji hal yang berkaitan dengan penulis, dalam hal ini ialah pencipta film itu sendiri, di mana Auteur menjelaskan peran penulis dalam mengkreasi dalam sebuah media (pada konteks ini ialah film) (Stokes, 2006, hlm. 98).

Teori Auteur ini menekankan pada pencipta, penulis film, atau sutradara. Auteur melihat bagaimana film dibuat oleh ciri khas sutradaranya, pemikiran sutradara, genre yang kental dengan sutradara (Stokes, 2006, hlm. 98).

Metodologi untuk menganalisis Auteur pada film Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon ialah dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan informasi maupun data yang diperlukan pada suatu konteks (Edi, 2016, hlm. 1).

Wawancara berisikan narasumber dan pewawancara. Oleh karena itu, agar validitas tetap bisa diutamakan, analisis Auteur pada film Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon tidak hanya berdasar pada analisis penulis, tetapi juga berasal dari hasil wawancara dengan tiga narasumber yang berbeda-beda.

Lalu mengapa Raditya Dika dapat dinilai atau dikaji dengan dasar teori Auteur?

Judul yang unik

Ketika narasumber mendengar judul film Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon, mereka mengetahui siapa penulis/sutradara dari film tersebut, yaitu Raditya Dika.

Ketika ditanyakan alasan bagaimana mereka dapat mengetahui, ketiga narasumber menjawab terdapat keunikan tertentu dari nama-nama film besutan Raditya Dika. Terdapat attraction tersendiri dari judul film yang dibuat Raditya Dika, kombinasi kata yang bertabrakan membuat rasa penasaran untuk menonton film tersebut.

dok. Starvision Plus
dok. Starvision Plus
dok. Starvision Plus
dok. Starvision Plus
Jika diperhatikan, judul film yang diproduksi oleh Raditya Dika rata-rata menggunakan satu kata nama hewan, lalu dilanjutkan atau sebelumnya terdapat kata-kata lain yang cukup "acak". Dari kedua film ini, terdapat nama hewan, yaitu "brontosaurus" dan "salmon". Ketika masyarakat mendengar judul film ini, sudah pasti merujuk kepada satu nama yaitu Raditya Dika.

Genre yang kental dengan Raditya Dika

Kedua film yang dibahas pada kali ini memiliki tokoh utama yang sama. Dika, tokoh utama film Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon diperankan oleh sutradara dari film ini sendiri, Raditya Dika, dan dapat diperankan dengan sangat baik dan menghibur. Komedi ringan, konyol, dan bahkan hiperbola dapat dikemas dengan baik dalam film ini sehingga mengundang gelak tawa penonton.

Raditya Dika pada saat tahun 2009 hingga tahun 2016 memang dikenal sebagai sutradara yang dapat membuat film bergenre romantis komedi. Karya filmnya pada saat itu selalu dikenal dengan percintaan yang ngenes lalu dibalut dengan komedi yang menggelitik hingga komedi yang membawa tawa bagi penonton.

Alur yang menjadi khas

Selain nama, hampir semua film dari Raditya Dika memiliki pemeran laki-laki yang selalu memiliki nasib sial atau tidak beruntung. Film Cinta Brontosaurus & Manusia Setengah Salmon memiliki tokoh yang sama, yaitu Dika, dan ia selalu mengalami ketidakberuntungan dalam hal percintaan.

Raditya Dika juga selalu memberikan alur cerita yang hampir sama, namun tetap menarik di mata penonton filmnya. Rata-rata alur cerita film yang diberikan Raditya Dika dalam filmnya ialah, masalah ditonjolkan di awal, lalu terdapat orang-orang yang memberikan advice kepada pemeran utama, masalah mulai selesai/membaik, lalu terdapat masalah lagi, dan bagian terakhir penyelesaian seluruh masalah.

Masalah atau konflik yang diberikan oleh Raditya Dika juga tidak monoton, ia selalu memberikan sebuah konflik "sampingan" yang menjadi bumbu atau nilai tambah di samping konflik utama yang dihadapi oleh pemeran utama.

Pemberian pesan moral yang lugas

Pesan moral yang diberikan selalu diberikan secara lugas di bagian akhir. Dari film Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon, pada bagian akhir diberikan quotes yang diberikan secara verbal kepada khalayak.

Nilai dalam film Cinta Brontosaurus ditekankan pada bagaimana cara menjalani kisah asmara, menerima pasangan, dan bagaimana cinta yang pasti akan kadaluarsa pada waktunya, namun yang terpenting adalah bagaimana cara menerima pasangan sepenuhnya.

Berbeda dengan Manusia Setengah Salmon, pesan moral atau nilai yang disampaikan dalam film ini lebih kompleks. Raditya Dika tetap ingin menyampaikan pesan tentang percintaan, secara umum juga dapat diimplementasikan ke aspek kehidupan lainnya, seperti keluarga atau kehidupan secara umum.

Pesan yang ingin disampaikan adalah untuk menjadi orang yang lebih baik tidak perlu menjadi manusia yang hebat, tetapi menjadi manusia yang berani bergerak ke tempat lain, berpindah.

Kedua film yang dibahas pada artikel ini, yaitu Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon, menjadi bukti teori Auteur dapat direlevansikan dengan Raditya Dika. Ada beberapa film lain yang dapat menjadi contoh bagaimana keunikan Raditya Dika sebagai sutradara.

Daftar Pustaka

Edi, F. R. S. (2016). Teori wawancara psikodignostik. Penerbit LeutikaPrio: Yogyakarta

Panuju, R. (2019). Film sebagai Proses Kreatif. INTELIGENSIA MEDIA: Malang

Stokes, J. (2006). HOW TO DO MEDIA AND CULTURAL STUDIES: Panduan untuk Melakukan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya. Bentang: Yogyakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun