Namun ingin kutepis.
Kemudian, seperti janji Tuhan yang selalu memberi keajaiban setelah kepasrahaan. Mari menata kembali hangat pada dekap yang apinya abadi itu. Cita-cita luhur itu masih butuh diperjuangkan. Bukan untuk orang lain, namun untuk diriku sendiri. Aku tiba-tiba menemukan diriku yang linglung dalam sepi.Â
Dengan kekuatan yang entah datangnya dari mana, Tuhan kembali menuntunku pulang dari ketidakberdayaan itu. Tangan ini  lah menghapus sendiri air matanya. Kaki inilah yang kembali kokoh menyokong tubuh yang siap untuk memulai kembali dari awal. Perlahan keindahan  hijau padang ilalang yang berayun lembut diantara desir angin tiap pagi dan pemandangan birunya pepohonan cemara yang kulihat pada perbukitan itu mengembalikan rasa syukurku.Â
Perjalanan ini jelas baru dimulai untuk chapter yang baru lagi.Â
Ciri-cirinya sama,
bersiap untuk setiap sunyi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H