Salam semangat Guru Hebat di seluruh penjuru Nusantara
Pada koneksi antar materi Modul 1.4 kali ini saya ingin membahas mengenai Penerapan Disiplin Positif di sekolah. Disiplin positif merupakan proses pembelajaran yang panjang bagi murid di sekolah. Karena dalam penerapannya butuh proses yang panjang. Bahkan sepanjang hayat. Seperti yang diungkapkan Ki Hajar Dewantara (KHD) bahwasannyaÂ
pendidikan (opevoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.Â
Dalam penerapan disiplin positif di sekolah ini sangat relevan dengan dasar pendidikan anak yang berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Â Dimana sekolah dan guru harus lebih peka dan memahami akan kebutuhan murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut
"Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai menginggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan" (Ki Hajar Dewantara, 2009, hal.21)
Disiplin positif ini sangat erat kaitannya dengan nilai dan peran guru penggerak. Dengan pembelajaran yang berpihak kepada murid maka akan memberikan ruang gerak murid untuk berkreasi dan berinovasi dalam belajar. Sedangkan nilai guru penggerak yang dapat diterapkan adalah guru sebagai pemimpin pembelajaran.Â
Guru sebagai pemegang kendali dan pengambil keputusan yang bijak saat melaksanakan pembelajaran. Guru diharapkan mampu melakukan pengambilan keputusan berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran, mampu menyadari dan menggunakan prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan. Sebagai pemenuhan kebutuhan murid.
Dalam visi guru penggerak mengelola perubahan yang positif, untuk membangun budaya positif di perlukan kolaborasi untuk mencapai visi tersebut. Hal ini berkaitan dengan penumbuhan Budaya Positif di sekolah dalam mewujudkan metode Apresiatif Inkuiri dengan tahapan BAGJA.Â
Dari tahapan BAGJA, akan mmuncul pembiasaan positif yang kita kenal dengan Budaya Positif. Untuk mewujudkan budaya positif peran guru di kelas dapat di lakukan dengan membuat Kesepakatan Kelas berssama murid dalam mencapai visi bersama memberikan kesadaran pada murid untuk menanamkan motivasi dalam diri (motivasi intrinsik).
Guru akan menerapkan Segitiga Restitusi yang menciptakan kondisi yang mengajarkan murid mencari solusi dan bertanggungjawab atas masalahnya. Guru memilih posisi menejer dalam mengontrol perilaku murid sehingga murid tidak merasa malu atau dihakimi. Pada posisi ini juga murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggungjawab atas perilaku dan sikapnya yang pada akhirnya dapat mencipkan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.
Sedangkan disiplin positif merupakan pendekatan yang dilakukan guru dalam mendidik murid untuk melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri. Dalam disiplin positif, akan tertanam motivasi untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya tanpa adanya pengaruh adanya hukuman atau hadiah sehingga berpengaruh pada motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang.