Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Teuro Nakamura, 30 Tahun di Hutan Belantara Pulau Morotai, Mengira PD II Belum Usai

15 Agustus 2021   10:14 Diperbarui: 15 Agustus 2021   10:26 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teuro Nakamura (republika.co.id)


Teuro Nakamura, nama ini sempat menjadi pemberitaan dunia setelah setelah TNI menemukan prajurit Jepang itu di hutan belantara Pulau Morotai, Maluku, Indonesia.

Teuro Nakamura menarik perhatian dunia karena kemampuannya untuk bertahan di hutan belantara dimana Nakamura mengira Perang Dunia ke II belum usai.

Pada tahun 1943 ketika Jepang menduduki Taiwan, Nakamura ditugaskan militer dari kesatuan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan ditempatkan di Pulau Morotai, Maluku.

Bersama 485 anggota lainnya, Nakamura ditugaskan untuk mempertahankan Kepulauan Morotai dari gempuran tentara sekutu. Amerika Serikat dan Australia.

Namun pada perkembangannya, sekutu berhasil membangun pangkalan militer di sana.

Oleh karenanya, Nakamura melarikan diri dan bersembunyi di hutan belantara Desa Pilowo dan baru ditemukan pada tahun 1974.

Nakamura yang dilahirkan di Taiwan pada 8 Oktober 1919 dikenal juga oleh media di Taiwan dengan nama Lee Guang Hui. Nakamura berasal dari suku Ami, suku pribumi Taiwan yang gemar berburu.

Ketika usianya menginjak usia 22 tahun, Nakamura masuk menjadi salah satu sukarelawan tentara untuk Kekaisaran Jepang.

Saat itu, tahun 1942, Taiwan menjadi bagian wilayah kolonisasi Negeri Matahari Terbit.

Nakamura tercengang setelah dia direpatriasi ke Jepang, dia melihat Tokyo sudah begitu majunya. Jauh berbeda kondisinya dengan dulu saat sebelum dia ditugaskan di Hindia-Belanda.

Mengira Perang Dunia ke II belum usai, Nakamura setia hidup di hutan belantara menantikan "hari kemenangan".

Hidup di hutan belantara pegunungan Galoka Nakamura terus menantikan rekan-rekannya bala tentara Jepang yang akan menjemputnya.

Bukan tanpa alasan, Nakamura selalu teringat kata-kata komandannya "Tetaplah bertahan. Suatu saat nanti Angkatan Darat Jepang akan datang. Kendati seratus tahun lagi" kata Mayor Kawashima (komandan yang dimaksud).

Ketika pada tahun 1950an Nakamura masih tinggal bersama para prajurit Jepang lainnya yang tak mau menyerah kepada sekutu. Lantas pada tahun 1956 Nakamura tidak mau lagi mengikatkan dirinya dengan prajurit-prajurit lainnya.

Di dalam hutan Nakamura membuat sendiri sebuah pondok kecil yang beratap rotan dan berdinding kayu.

Saat ditanyakan mengapa dia ingin memisahkan diri dengan para prajurit lainnya. Nakamura menjawab bahwa mereka akan membunuhnya. Namun para prajurit yang dimaksud membantah akan hal itu.

Ketika ditemukan, Nakamura sendiri sebenarnya ingin langsung direpatriasi ke Taiwan, namun singgah dulu di Jepang.

Setelah perundingan yang cukup alot, Nakamura akhirnya dipindahkan ke Cina dan bertemu kembali dengan istri dan keluarga besarnya. Hingga pada akhirnya Nakamura meninggal dunia di Cina karena kanker paru-paru pada 15 Juni 1979.

Proses penemuan Nakamura sendiri berawal ketika di pertengahan tahun 1974 seorang warga Desa Pilowo bernama Luther Goge datang ke Makosek (Markas Komando Sektor Kepolisian) Pulau Morotai untuk melaporkan tentang adanya seorang prajurit Jepang tua yang hidup bersembunyi di hutan belantara.

Sesudah itu tim pencari fakta yang dipimpin Letnan 1 Supardi berhasil menaiki puncak Gunung Galoka. Dalam teropongnya, Supardi melihat sosok Nakamura yang tidak mengenakan sehelai kain pun sebagai penutup tubuhnya.

Supardi mendengar suara-suara babi hutan dan burung Rangkok. Namun kemudian diketahui jika suara-suara itu berasal dari mulut Nakamura untuk menyamarkan aktivitasnya agar tidak memancing perhatian orang.

Pada saat itu Nakamura berusia 57 tahun dengan rambut pendek tengah menebas pohon bambu.

Dalam bukunya berjudul Homecomings: The Belated Return of Japanese Lost Soldiers (2016), Yoshikuni Igarashi menceritakan Nakamura yang meninggalkan Pulau Morotai yang didiaminya 30 tahun.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun