Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menilik Kembali Kisah Sutami, Menteri Termiskin yang Disayang Sukarno dan Suharto

15 Juli 2021   10:05 Diperbarui: 15 Juli 2021   10:11 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri PU Ir Sutami (lifepal.co.id)


Menjadi pejabat, apalagi setara dengan menteri, identik dengan banyak uang. 

Selain presiden, gaji seorang menteri di Indonesia tentu paling besar di antara pegawai negeri lainnya. Apalagi ditambah dengan segala fasilitasnya.

Apalagi sebagai seorang pejabat tinggi, banyak kemudahan untuk meraup kekayaan dengan cara apa pun ibaratnya.

Itulah sebabnya mengapa posisi menteri banyak diinginkan oleh seorang PNS.

Jika Prabowo Subianto saja yang kini menjadi Menteri Pertahanan memilki kekayaan lebih dari Rp 2 triliun berdasarkan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara).

Ataupun Sandiaga Uno. Per tanggal 14 Agustus 2018 ketika Sandiaga mendaftarkan sebagai calon wakil presiden di Pemilu 2019 lalu, kekayaan pria yang kini menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu berdasarkan LHKPN adalah sebesar Rp 5,1 triliun.

Maka perbedaan antara Sandiaga dengan menteri yang satu ini bak langit dan bumi.

Adalah Ir. Sutami yang menjadi menteri di dua presiden, yaitu Presiden Sukarno dan Presiden Suharto dinobatkan sebagai "Menteri termiskin".

Sutami menjadi menteri selama 14 tahun dari tahun 1965 sampai 1978.

Ir Sutami adalah menteri pekerjaan umum terlama yang sempat duduk di 6 kabinet, dimulai dari Kabinet Dwikora I di jaman Sukarno, yaitu menjadi Menteri Negara yang diperbantukan kepada Menteri Koordinator Pekerjaan Umum sejak tahun 1964.

Beralihnya presiden, dari Sukarno ke Orde Baru, Sutami masih tetap dipercaya menjabat sebagai menteri di bidang pekerjaan umum selama 14 tahun di Kabinet Pembangunan II hingga tahun 1978.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun