Selain menewaskan De Houtman dan beberapa pelaut Belanda lainnya, pihak Aceh juga menahan Wakil Komandan Armada Belanda, Frederick de Houtman.
Bukan hanya pandai berperang, Malahayati juga pandai dalam berembug. Laksamana Malahayati memimpin perundingan dengan pihak Belanda.
Akhirnya diputuskan jika Frederick de dibebaskan, akan tetapi sebagai gantinya Belanda harus membayar ganti rugi kepada Kesultanan Aceh.
Selain itu Laksamana Malahayati juga menjadi orang terdepan dalam memerangi bangsa Portugis yang akan menguasai Semenanjung Malaka
Dalam perjalanan selanjutnya, Laksamana Malahayati juga menjadi orang pertama yang menerima utusan dari Ratu Elizabeth 1 dari Inggris, yaitu James Lancaster.
Melihat keperkasaan Laksamana Malahayati, Inggris ketar-ketir ketika hendak memasuki Aceh. Oleh karena itu, Inggris memilih untuk berdamai.
Dalam pertemuannya dengan duta Ratu Elizabeth 1 itu, Inggris lantas ke Jawa untuk membuka pos dagang di Banten.
Dalam catatan sejarah, Laksamana Malahayati dikenal sebagai Laksamana wanita pertama di dunia yang berperang melawan Portugis dan Belanda di abad ke 16 Masehi.
Laksamana Malahayati wafat pada tahun 1615 dan dimakamkan di Desa Lamreh, Kabupaten Aceh Besar. Laksamana Malahayati dianugerahi gelar pahlawan, bersama 3 orang lainnya pada 9 Nopember 2017.
Namanya lantas diabadikan di sejumlah lokasi seperti dunia pendidikan (Universitas Malahayati), nama pelabuhan, Rumah Sakit, KRI Malahayati (kapal perang), dan sebagainya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H