Sedangkan gelombang kedua lebih dari 7.800 orang dibawa pada kurun 1933-1939 untuk dipekerjakan di tambang nikel dan perkebunan kopi.
Hal itu terjadi karena Kaledonia Baru kekurangan tenaga kerja pada saat itu, padahal produksi nikel dan kopi sedang meningkat.
Selain di tambang nikel dan perkebunan kopi, mereka juga bekerja di rumah tangga.
Sedangkan gelombang ketiga atau yang terakhir terjadi pada akhir 1969 sampai awal 1970 dimana pada saat itu lebih dari seribu orang Indonesia datang ke Kaledonia Baru terutama untuk membangun menara St. Quentin di Magenta, dan juga membangun beberapa jembatan di Cole Est dan Cole Quest.
Semula bersatus sebagai wilayah seberang lautan Perancis sejak 1946. Pada 4 Nopember 2018 digelar referendum.
Hasilnya 56,4 persen masih ingin tetap bersama Perancis, sedangkan sisanya (43,6 persen) ingin berdiri sendiri.
Pada tahun 1953 status kewarganegaraan Perancis diberikan kepada semua penduduk Kaledonia Baru tanpa memandang status dan etnis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H