Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Ekspresif, Bagaimana Ejaan dan Tata Bahasanya?

25 Mei 2021   11:06 Diperbarui: 25 Mei 2021   11:46 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Menulis sebagai terapi dapat merubah cara berpikir kita menjadi lebih optimis," kata Timothy D. Wilson, seorang psikolog dari dari University of Virginia, Amerika Serikat.

Kendati menulis bukan solusi terhadap semua masalah, akan tetapi Profesor Timothy D. Wilson mengatakan dengan menulis maka itu dapat membantu kita dalam banyak hal.

Sejumlah penelitian mendapatkan jika menulis memiliki manfaat besar bagi seseorang.

James Whiting Pennebaker, seorang profesor psikologi seni Liberal Centennial di University of Texas, Austin, Amerika Serikat, mengadakan penelitian tentang manfaat menulis ini kepada mahasiswanya.

Pennebaker membagi mahasiswanya kedalam dua kelompok, yaitu kelompok yang diinstruksikan menulis masalah yang tidak ada hubungannya dengan masalah pribadi dan satunya lagi kelompok mahasiswa yang diinstruksikan menulis masalah pribadi.

Ke semua mahasiswanya itu diwajibkan menulis dalam tempo 15 menit setiap harinya.

Hasilnya?

Mereka yang menulis masalah pribadi ternyata lebih tidak mudah sakit ketimbang mereka yang menulis dengan tidak ada hubungannya dengan masalah pribadi.

"Menulis ekspresif adalah cara untuk memperbaiki hidup," kata Pennebaker.

Bukan sekali saja, sejak tahun 1980-an Pennebaker telah melakukan penelitian kegiatan menulis ini selama bertahun-tahun.

"Orang yang menulis ekspresif merasa lebih bahagia" kata pria kelahiran Midland, Texas, 2 Maret 1950 (71) itu dalam bukunya yang berjudul "Writing to Heal".

Dalam hitungan minggu atau bulan, orang-orang yang menulis ekspresif mengalami penurunan kecemasan atau pun bentuk depresi lainnya.

Menulis ekspresif berarti menuliskan segala sesuatu perasaan kita yang paling dalam dan emosional. Dalam hal ini penulisan itu tidak memperhatikan apakah penulisannya itu dengan menggunakan tata cara bahasa, ejaan. Apakah baik atau acak-acakan?

Yang penting, expressive writing adalah curhat. Jadi walaupun ditulis dalam ejaan atau tata bahasa yang buruk, tetapi itulah expressive writing. Mencurahkan perasaan terpendam yang menyakitkan tentang gejolak emosi.

Atau peristiwa traumatis.

Selain itu dalam penelitian juga disebutkan manfaat dari menulis ini selain dapat memperbaiki mood seseorang, menulis juga dapat memperbaiki memori kita.

Dalam dunia kedokteran disebutkan curhat juga mempunyai manfaat yang dapat memperbaiki kesehatan mental seseorang.

Seseorang yang sedang dirundung masalah terkadang dia mengurung diri sendirian di kamar dengan berdiam diri dan tidak berkomunikasi dengan siapa pun. 

Mereka merasa kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya dan merasa dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.

Namun tindakan itu bahkan dapat berakibat lebih buruk. 

Di sinilah teman dibutuhkan untuk mencurahkan uneg-uneg kita apa yang dirasakan sehingga kita menjadi lebih tenang dan berkurang beban di hati karena mendapatkan dukungan dari orang lain.

Anda akan merasa lega setelah uneg-uneg Anda diperhatikan dan memperoleh dukungan dari orang lain, sehingga kita dapat move on dari segala keterpurukan. Meringankan beban pikiran dan mencegah stres.

Nah, dari situ jelas mengapa menulis ekspresif itu didefinisikan dengan mengungkapkan atau menuliskan beban di hati dengan walaupun ejaan atau tata bahasa yang tidak baik.

"Tulislah minimal 20 menit hingga empat hari berturut-turut" kata psikolog John F. Evans mengenai "writing expressive" ini memberi saran.

Dosen sekaligus dekan Fakultas Psikologi di salah satu universitas di Jakarta, Dr. Octaviani Ranakusuma, M.Si., Psi., angkat bicara soal expressive writing ini 

Menurutnya, tujuan menulis ekspresif adalah untuk mengekspresikan perasaan penulisnya.

Bahkan terkadang tulisan itu tidak menentu alurnya dan juga tidak dipublikasikan. "Menulis ekspresif berpengaruh terhadap pengurangan stres" kata Octaviani.

Seorang dokter biasanya menyarankan seseorang yang sulit mengendalikan emosinya dan sulit juga untuk diobati, untuk menulis.

"Tulisan itu hanya ungkapan rasa marah, tidak untuk dipublikasikan. Bahkan hanya disimpan untuk diri sendiri," kata Octaviani menambahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun