Nah, dari situ jelas mengapa menulis ekspresif itu didefinisikan dengan mengungkapkan atau menuliskan beban di hati dengan walaupun ejaan atau tata bahasa yang tidak baik.
"Tulislah minimal 20 menit hingga empat hari berturut-turut" kata psikolog John F. Evans mengenai "writing expressive" ini memberi saran.
Dosen sekaligus dekan Fakultas Psikologi di salah satu universitas di Jakarta, Dr. Octaviani Ranakusuma, M.Si., Psi., angkat bicara soal expressive writing iniÂ
Menurutnya, tujuan menulis ekspresif adalah untuk mengekspresikan perasaan penulisnya.
Bahkan terkadang tulisan itu tidak menentu alurnya dan juga tidak dipublikasikan. "Menulis ekspresif berpengaruh terhadap pengurangan stres" kata Octaviani.
Seorang dokter biasanya menyarankan seseorang yang sulit mengendalikan emosinya dan sulit juga untuk diobati, untuk menulis.
"Tulisan itu hanya ungkapan rasa marah, tidak untuk dipublikasikan. Bahkan hanya disimpan untuk diri sendiri," kata Octaviani menambahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H