Hayam Wuruk lantas mengirimkan utusan dari Bali untuk meminta maaf kepada plt raja Sunda atas apa yang terjadi.
Sejak itu hubungan antara Hayam Wuruk dengan Gajah Mada menjadi tegang.
Seperti diketahui, pada saat itu Gajah Mada sudah menaklukkan hampir seluruh wilayah Nusantara, cuma satu yang belum yaitu Kerajaan Sunda.
Niskala Wastu Kencana, adik dari Dyah Pitaloka, yang saat itu masih kecil, lalu diangkat menjadi raja di Kerajaan Sunda menggantikan ayahnya. Karena masih kecil, pada saat itu Niskala Wastu Kencana masih dalam bimbingan pamannya.
Beranjak dewasa, Wastu Kencana lantas dikenal sebagai Prabu Siliwangi yang legendaris.
Prabu Siliwangi lantas mengeluarkan larangan menikah yang disebut dengan estri ti luaran (isteri dari luar). Larangan itu lalu diartikan sebagai larangan menikah antara orang Sunda dengan orang Jawa.
Siliwangi juga memutus hubungan diplomatik dengan Majapahit.
Konon, jika larangan itu dilanggar, maka rumah tangga mereka tidak akan berlangsung lama.
Larangan antara Sunda dengan Minang
Ini dikarenakan suku Minang itu menganut sistem matrilineal. Dimana ibulah yang berperan sebagai kepala keluarga. Hal tersebut jelas sangat berbeda dengan orang Sunda yang menganut patrilineal.
Orang Sunda dikenal suka berfoya-foya, sementara orang Minang dikenal pelit. Jika larangan itu dilanggar, maka dipercaya itu akan mendatangkan masalah nantinya.