Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Kehidupan Keturunan Jawa di Kaledonia Baru: Perancis di Bibir, Jawa di Hati

10 Mei 2021   10:05 Diperbarui: 10 Mei 2021   10:27 16727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Etnis Jawa di Kaledonia Baru (boombastis.com)

Masyarakat keturunan Jawa di Kaledonia Baru, sebuah wilayah yang terletak di sub benua Melanesia di Samudera Pasifik sebelah barat daya merupakan populasi kedua terbanyak orang-orang Jawa di luar negeri, setelah Suriname.

Saat ini tercatat ada lebih dari 7.000 orang keturunan Jawa di negara yang beribukota Noumea itu. Mereka adalah generasi keempat dan kelima.

Jika orang-orang dari generasi yang lebih tua masih bisa berbahasa Jawa, namun milenial nya sudah tidak bisa. Mereka hanya bisa berbahasa Perancis.

Status negara ini memang masih kolonial Perancis. Hal tersebut berdasarkan referendum pada 4 Nopember 2018 yang menghasilkan 57,4 persen penduduk Kaledonia Baru masih ingin tetap bersama Perancis, sedangkan sisanya yang 43,6 persen ingin berdiri sendiri.

Islam tiba di Kaledonia Baru lebih dari satu abad yang lalu. Orang-orang yang beragama Muslim dibawa oleh Perancis ke wilayah kolonialnya. Mereka berasal dari Arab. Maroko, Aljazair, dan menyusul dari Indonesia.

Penduduk Muslim sekarang adalah 5 persen atau sekitar 25.000 orang dari keseluruhan penduduk Kaledonia Baru yang berpopulasi 241.000 jiwa.

Mayoritas adalah beragama Katolik (75 persen), Protestan (16 persen), dan animisme 5 persen.

Umat Islam kebanyakan bermukim di bagian utara negara itu. Orang-orang keturunan Jawa ini memang memegang peranan penting bagi berkembangnya agama Islam di sana, selain juga oleh mereka yang keturunan Aljazair.

Saat ini ada sebuah pusat Islam yang dibangun di Noumea dan direncanakan  akan dibangun lagi di Bourail.

Selain menjadi tempat diselenggarakannya ibadah-ibadah keislaman, Noumea Islamic Center juga menjadi tempat penyelenggaraan hari-hari raya seperti IdulFitri, Idul Adha, Isra Miraj, Maulid Nabi Muhammad SAW, dan lainnya.

Kendati jauh dari kampung halaman di tanah leluhur, namun nuansa Jawa tidaklah pudar. Termasuk dalam kegiatan atau tradisi dalam menyambut tibanya bulan Ramadhan atau Lebaran.

Jika di Jawa, Sunda, atau wilayah lainnya di Indonesia mengenal tradisi Nyadran, yaitu mengunjungi dan membersihkan makam, masyarakat etnis Jawa di Kaledonia Baru pun masih melakukan yang sama.

Namun ada yang berbeda. Karena etnis Jawa di sana sudah beranak pinak dan kawin campur dengan etnis lainnya yang ada di Kaledonia Baru.

Hal tersebut terlihat, jika usai membersihkan makam bersama-sama, maka Pak Kyai berdoa secara Islam. "Dilanjutkan dengan doa secara Katolik," kata Konsul Jenderal RI di sana, Widyarka Ryananta. Hal itu karena suami atau isteri mereka beragama Kristen.

Tahlilan juga masih digelar di sana oleh biospora Jawa di Kaledonia Baru. Tahlilan adalah untuk memperingati seseorang keluarga yang telah meninggal.

Masyarakat Jawa di Kaledonia Baru bekerjasama dengan Islamic Center dan Konsulat Jenderal RI di sana menggelar aktivitas Ramadhan, selain aktivitas adat dan keagamaan lainnya.

Aktivitas Ramadhan itu antara lain tausiyah agama atau sholat tarawih.

Islamic Center di Noumea juga menyediakan informasi sekitar tempat-tempat atau restoran halal. Orang-orang Jawa dan Arab banyak yang membuka restoran halal itu.

Tidak sulit menemukan kebutuhan Ramadhan pada bulan suci bagi etnis Jawa di sana.

Seiring dengan ditemukannya tambang nikel di Sungai Diahot pada tahun 1864, Perancis membutuhkan para pekerja untuk mengerjakan tambang itu.

Maka mereka mendatangkan sejumlah pekerja dari wilayah Indo-Cina, Jepang, dan Hindia-Belanda.

Sekitar 170 orang Jawa dikirimkan ke Kaledonia Baru pada tahun 1896 berdasarkan perjanjian Koeli Ordonantie.

Selain bekerja di tambang nikel, mereka juga bekerja di perkebunan kopi milik Perancis.

Setelah masa kontraknya yang berdurasi lima tahun habis mereka tidak ingin kembali ke Jawa, namun ingin menetap di sana.

Orang-orang Jawa kini sudah sangat berbeda dibandingkan ketika mereka tiba di sana. Mereka kini sudah banyak yang berhasil dan menjadi pejabat. Ada yang berpangkat militer, pengusaha, atau menjadi petinggi.

Pada masa pemerintahan Napoleon III Kaledonia Baru menjadi tempat pembuangan sekitar 22.000 penjahat politik antara tahun 1860-1897.

Namun setelahnya mayoritas dari mereka kembali lagi ke Perancis, hanya sedikit yang tetap tinggal di Kaledonia Baru.

Kaledonia Baru ini ditetapkan pada tahun 1946 menjadi bagian dari wilayah luar negeri Perancis. Dan pada tahun 1953 status kewarganegaraan Perancis diberikan kepada semua penduduk di Kaledonia Baru tanpa memandang etnis dan status.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun