Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Barapen, Tradisi Bakar Batu di Papua yang Sudah Turun-temurun

26 April 2021   11:06 Diperbarui: 26 April 2021   11:41 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi ini sejatinya mengandung pesan sebagai wujud rasa terimakasih dan syukur mereka atas segala rejeki dan pemeliharaan yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta.

Mereka melaksanakan tradisi itu untuk memperingati hari-hari tertentu, misalnya memperingati hari kematian, sebagai simbol perdamaian dengan masyarakat lainnya, dan mengumpulkan masyarakat untuk berperang.

Itulah cikal bakal mengapa warga Lembah Baliem yang beragama Muslim mengganti daging babi dengan daging lainnya dalam barapen ini.

Islam hadir di Lembah Baliem boleh dikata belum lama. Peneliti Balai Arkeologi Papua dan sekaligus dosen di Universitas Cenderawasih Papua, Hari Suroto, mengatakan Islam hadir di Papua berasal dari era pemerintahan Soekarno.

Seperti diketahui paska RI merdeka, Papua (dulu Irian Barat) masih tertinggal dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia dalam segala hal.

Untuk itu, demi pemerataan keadilan dan pembangunan, Presiden Soekarno menugaskan sejumlah orang untuk menjadi Pelopor Pembangunan Irian Barat (PPIB). Relawan itu semuanya berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta yang beragama Islam.

Sembari menyiapkan segala sesuatunya untuk membangun Irian Barat, para relawan itu juga berdakwah di Lembah Baliem. Mereka tenyata mendapatkan sambutan, sebagian penduduk suku Dani memeluk agama Islam.

Kendati demikian, tak serta merta karenanya terjadi perbenturan sosial, bahkan menurut Hari Suroto, warga Kirsten dan Muslim saling bergotong royong. "Wujud toleransi yang patut dicontoh," katanya.

"Tetua kami sudah memeluk Islam, jadi kami melakukan barapen ini diganti dengan daging ayam, sapi, atau kambing," kata Firman Asso, pengurus Mesjid Firdaus Asso.

Pada menjelang Ramadan 1 Ramadhan 1442 H kemarin, mereka juga melakukan tradisi bakar batu itu sebagai rasa syukur mereka dapat bertemu lagi dengan bulan suci dan sebagai wujud rasa syukur atas segala nikmat yang dirasakan selama ini.

Bulan Ramadhan juga menjadi berkah bagi mereka. Berbagai pihak datang kepada mereka memberikan bantuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun