Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keturunan Indonesia di Srilangka Disebut Ja-Minissu, Mengapa Demikian?

8 April 2021   10:05 Diperbarui: 8 April 2021   17:48 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Suku Jawa memang menjadi mayoritas di antara suku-suku lainnya yang ada di Indonesia. Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menyebutkan di Indonesia terdapat 1.340 suku bangsa, dengan suku Jawa mencapai 41 persen dari keseluruhan.

Suku Jawa ini selain tentunya yang berdomisili di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta, juga ada yang di luar negeri seperti di Suriname, Kaledonia Baru, bahkan di Srilangka.

Sebelumnya memang sudah diketahui jika suku Jawa banyak yang bermigrasi ke Suriname dan Kaledonia Baru.

Mengejutkan jadinya membaca artikel di boombastis.com, ternyata suku Jawa juga ada di Srilangka. Apa benar?

Bahasa, kesenian, maupun budaya masih cukup kental digunakan maupun diingat oleh keturunan Jawa di Suriname dan Kaledonia Baru.

Akan tetapi konon bahasa dan budaya Jawa di Srilangka sudah agak pudar. Pudar disini bukan berarti sudah hilang sama sekali, namun bahasa dan budaya Jawa yang dulunya digunakan mereka sudah melebur dan berasimilasi dengan dengan bahasa dan budaya setempat.

Ada sejumlah bahasa Tamil yang dipengaruhi dan berasal dari bahasa Jawa.

Atau bisa dikatakan, penutur bahasa Jawa asli sudah agak sulit untuk ditemukan.

Orang-orang Jawa memang menjadi mayoritas dari keseluruhan jumlah orang-orang Melayu lainnya yang ada di negara Asia Selatan itu. 

Orang-orang keturunan Melayu (khususnya Jawa) itu disebut dengan Ja Minissu. Populasinya sekarang diperkirakan berjumlah 50.000 orang.

Selain Jawa, sebagian juga ada yang dari Maluku, dan Melayu Malaysia.

Awal mula kedatangan etnis-etnis Melayu itu sudah ada semenjak adanya kerajaan-kerajaan kuno.

Seperti diketahui, Srilangka dan Indonesia merupakan sama-sama menjadi jajahan Belanda. Pemerintah Hindia-Belanda membuang orang-orang yang dianggap menentang yang berasal dari kalangan bangsawan, kaum tentara, dan orang-orang tahanan ke negara yang dulunya bernama Ceylon itu.

Beberapa tokoh yang dibuang Belanda ke sana karena dianggap berbahaya itu antara lain adalah Syekh Yusuf Al-Makassari dan Amangkurat ke III.

Hampir keseluruhan dari mereka tidak ingin kembali ke Indonesia dan ingin menetap di Srilangka.

Sedangkan di masa kerajaan, dulunya ada relasi dagang antara Kerajaan Sriwijaya dan orang-orang Srilangka. Dengan adanya hubungan itu maka sejumlah penduduk dari kedua kerajaan itu saling mengunjungi.

Sebagian ada yang menetap di negara yang terletak di sebelah selatan India itu.

Tidak heran jika Anda ke sana, maka akan ditemui banyak wajah-wajah Indonesia. Karena mereka melahirkan anak cucu mereka di sana.

Mayoritas penduduk Srilangka adalah beragama Buddha. Sedangkan orang-orang beretnis Melayu yang notabene beragama Islam memiliki prosentase 5 persen dari keseluruhan populasi Muslim.

Islam disana ada sekitar 8,6 persen, Buddha 71 persen, 7,5 persen Kristen, dan sisanya lain-lain. Kelompok Muslim itu selain berasal dari Melayu, juga berasal dari etnis Arab

Sama seperti Indonesia, Srilangka pun memiliki tantangan untuk menciptakan terjadinya keharmonisan dalam hubungan antar etnisnya.

Kendati memang keharmonisan itu sudah bisa disebut tercipta, namun percikan-percikan kecil ada saja yang muncul. Mayoritas penduduk Srilangka yang beretnis Sinhala adalah beragama Buddha, mereka terkadang menjadikan agama sebagai kendaraan politik.

Belum lama ini muncul adanya larangan memakai burkha di sana dan adanya kewajiban untuk mengkremasikan jenazah korban Covid-19.

Namun percikan tersebut masih bisa diatasi dan kebijaksanaan itu akhirnya dicabut lagi.

Data tahun 2018 menyebutkan populasi negara yang terletak di sebelah utara Samudera Pasifik itu ada sekitar 22 juta orang.

Srilangka disorot dunia internasional dalam bidang politik karena adanya konflik antara pemerintah dengan kelompok minoritas Tamil, atau yang biasa dijuluki LTTE (Macan Tamil) yang ingin memisahkan diri dan membentuk pemerintahan sendiri.

Konflik antara pemerintah dengan Tamil Eelam itu berlangsung selama lebih dari dua dekade dan baru berakhir pada tahun 2009 dengan kemenangan di pihak pemerintah.

LTTE dikenal sebagai kelompok yang ganas, mereka tidak segan-segan melakukan aksi bom bunuh diri dalam perjuangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun