"Saya, istri, orangtua, dan jamaah di mesjid semuanya berpuasa di bulan Ramadhan," katanya.
Ablimit menambahkan jika malam tiba mereka juga melakukan sholat tarawih. Mesjid selalu penuh oleh jamaah saat tibanya sholat 5 waktu.
Hampir setiap tibanya bulan puasa, media-media asing selalu menyoroti apa yang terjadi Xinjiang apakah Muslim Uighur dilarang berpuasa.
Ablimit menjelaskan, pada bulan Ramadhan tahun lalu mereka berpuasa dengan menerapkan aturan protokol kesehatan terkait pandemi Covid-19.
Ablimit bahkan menjelaskan bahwa pemerintah Cina turut membantu Muslim Xinjiang dalam berbagai aktivitas Ramadhan. Di antaranya, pemerintah mengirimkan petugas kesehatan dan alat-alat medis ke mesjid-mesjid.
Ablimit juga menambahkan makanan untuk buka puasa juga diberikan oleh otoritas lokal.
Jika rumor selama ini apa yang dituduhkan bahwa pemerintah Cina melakukan tindakan tanpa belas kasihan kepada Muslim Uighur benar adanya. Akan tetapi dalam aktivitas Ramadhan Muslim Uighur tidak dilarang, seperti yang dituturkan Khotib Ablimit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H