Untuk mencari nafkah di perantauan, mereka tidak mempunyai keahlian apa-apa terkecuali memangkas rambut. Maka dari itu jadilah mereka menjalankan profesinya sebagai tukang cukur.
Mereka yang sukses di perantauan beberapa di antaranya pulang ke Garut dan mengajak para pemuda lainnya untuk mengikuti jejak mereka di perantauan. Selain Banyuresmi, wilayah lainnya yang banyak bercokol tukang cukur adalah wilayah Bina Karya, Wanaraja, dan Bagendit.
"Saya pernah mendengar jika pendapatan terbesar Banyuresmi berasal dari profesi tukang cukur rambut," kata Ridwan Setiawan, pemilik dari sebuah barber.
Hingga saat ini profesi tukang cukur rambut ini masih berlanjut. Selain di wilayah-wilayah yang sudah disebutkan di atas, tukang cukur asgar (asal Garut) ini konon ditemui juga di wilayah Jawa dan Bali.
Ciri khas tukang cukur asgar ini memijit kepala setelah selesai, mereka juga dikenal sebagai ramah, senang mengobrol, dan teliti dalam pekerjaannya.
"Ini sudah semacam pekerjaan yang turun temurun, bahkan gunting yang saya pakai ini adalah gunting warisan," kata Eric Toto, tukang cukur asgar yang juga bergabung di Paguyuban Pangkas Rambut Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H