Halimi juga mengatakan perlu dibedakan antara Bahasa Ibu dan Bahasa Daerah.
Melihat dari kata "Ibu", Bahasa Ibu adalah bahasa yang pertama kali dikuasai seorang anak di dalam keluarganya.
Hal tersebut merujuk kepada ibu yang melahirkan, menyusui, mengayun ambingkan anaknya dengan penuh kasih sayang. Ibu juga yang paling mengerti apa yang dirasakan anak dan keinginannya.
Jika penduduk yang tinggal di Jawa Barat misalnya, Bahasa Ibu mereka tidak harus Bahasa Sunda. Bahasa Ibu mereka bisa Minangkabau, Batak, Ambon, dan sebagainya.
Bisa juga bahasa asing, misalnya Cina, Arab, India, Pakistan, Belanda, Inggris, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia umumnya bukan Bahasa Ibu, Bahasa Ibu orang-orang Indonesia adalah salah satu bahasa daerah, yang menurut rilis terbaru Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ada lebih dari 650 bahasa daerah di Indonesia.
Seperti halnya Jawa Barat yang menggelar sejumlah acara dalam rangka memeriahkan HBII (Hari Bahasa Ibu Internasional) yang jatuh pada 21 Pebruari setiap tahunnya. Propinsi Banten juga sama, menggelar acara pada HBII 2021 ini, di antaranya adalah dengan memutar dan berdiskusi film "Saidjah dan Adinda", film yang diangkat dari buku dengan judul yang sama karya Multatuli.
Bahasa Jawa menjadi yang paling banyak dituturkan dengan pengguna sekitar 84 juta orang yang tersebar Suriname, Kaledonia Baru, Singapura, dan Malaysia. Salah satunya juga di Banten.
Kendati mengandung arti yang sama, akan tetapi dialek Bahasa Jawa ini berlainan antara satu tempat dengan tempat lainnya. Ada dialek Banyumasan, dialek Suriname, dialek Tegal, juga dialek Banten.
Sedangkan di peringkat ke 2 yang banyak penuturnya adalah Bahasa Sunda dengan pengguna lebih dari 42 juta orang.
Seiring kemajuan digital, generasi milenial kini juga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ibu.