Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengenal Bir Jawa, Bir Para Bangsawan yang Menyehatkan

4 Maret 2021   11:03 Diperbarui: 4 Maret 2021   11:22 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bir Jawa (beergembira.com)


"Setelah menerima masukan dari propinsi, daerah, dan para ulama dari Muhammadiyah, NU, MUI, dan ormas-ormas lainnya, maka dengan ini saya nyatakan mencabut kembali Perpres Nomor 10 Tahun 2021 tentang investasi Miras," kata Presiden Jokowi dalam keterangannya di hadapan pers secara virtual dari Istana Negara, Selasa (2/3/2021).

Pada tanggal 2 Pebruari lalu, Presiden Jokowi meneken Perpres soal penggalakkan penanaman modal di industri Miras. Namun Jokowi juga memperhatikan kearifan lokal, dimana peraturan itu hanya berlaku di daerah-daerah tertentu, seperti Bali, Papua, NTT, dan Sulawesi Utara.

Gerak cepat Jokowi mengantisipasi kritikan yang menginginkan agar Jokowi mempertimbangkan dan mencabut lagi peraturan itu, diapresiasi oleh organisasi kemasyarakatan Islam.

"MUI menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya atas keseriusan pemerintah.....," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh, Selasa (2/3/2021).

Apresiasi senada juga disampaikan oleh PP Muhammadiyah, dan PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama). 

Miras menurut mereka dapat merusak generasi bangsa dan kesehatan. Diberlakukannya Perpres investasi sama saja dengan mengijinkan peredaran yang oleh Islam Miras itu hukumnya haram.

Kendati cukup mudah ditemui Miras ini terutama di cafe-cafe atau restoran, namun umat Muslim mayoritas menghindari untuk membelinya, tapi tak sedikit juga yang ingin coba-coba.

Miras disebut haram karena efeknya yang memabukkan. Namun tidak semua Miras, termasuk bir yang memabukkan, bahkan ada juga yang bahkan menyehatkan dan baik untuk tubuh.

Mengutip kompas.com, setidaknya ada dua bir Nusantara yang menyehatkan dan bermanfaat untuk tubuh. Kedua minuman itu adalah bir pletok, dan bir Jawa.

Baik bir pletok maupun bir Jawa keduanya memiliki khasiat yang hampir sama mulai dari mengusir kelelahan, menghilangkan masuk angin, maupun menghangatkan badan.

Bir pletok ini adalah minuman bir khas Betawi. "Pletok" berasal dari suara "pletok-pletok" yang berbunyi jika bir itu dikocok-kocok di dalam wadahnya.

Lahirnya salah satu kekayaan negeri kita ini adalah ketika jaman dulu, di era penjajahan, para bangsawan Betawi iri melihat orang-orang Belanda mempunyai bir yang berfungsi untuk menghangatkan badan.

Berangkat dari situ, para bangsawan itu lantas mendorong orang-orang Betawi untuk memproduksi bir sendiri yang bahan-bahannya berasal dari tanah "Si Abang Jampang" sendiri.

Selang kemudian maka lahirlah bir pletok ini yang terbuat dari bahan-bahan gula merah, kayu manis, kayu secang, serai, dan jahe. Warna bir khas Abang Jampang ini mirip dengan bir orang-orang Eropa, yaitu merah segar.

Sedangkan yang kedua, bir Jawa. Bir Jawa bukan bir dari Pulau Jawa. Bukan pula dari Jawa Barat (Sunda). Tapi bir ini berasal dari Jawa. 

Konon nama bir Jawa ini berasal dari Java Bier, bir miliknya meneer-meneer Belanda. Java Bier ini mengandung kadar alkohol sekitar 7,9 persen, terbuat dari bahan dasar gandum. Dibikin untuk pertama kalinya pada tahun 1929 di Surabaya, Jawa Timur.

Bir istimewa ini pada saat itu merupakan sukacita dan hanya dikonsumsi oleh meneer-meneer Belanda, orang-orang Eropa lainnya, para militer, kalangan elit, serta para bangsawan pribumi.

Para bangsawan Jawa itu mayoritas beragama Islam, dimana Islam mengkategorikan bir beralkohol itu hukumnya haram. 

Berangkat dari situ, atas ide dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, maka muncullah bir yang tidak mengandung alkohol. Namanya bir Jawa.

Sebagian bir Jawa ini bahan-bahannya ada yang sama dengan bahan-bahan bir pletok seperti yang sudah disebutkan di atas, ditambah lagi dengan kapulaga, jeruk nipis, lada, serai, dan cengkeh.

Seiring dengan jadinya bir Jawa itu, maka bir yang aman bagi Muslim tersebut mulai banyak dikonsumsi para bangsawan, kaum priyayi, dan raja-raja di tanah Jawa. Semula para bangsawan itu yang mengonsumsi bir Jawa yang menghangatkan badan.

Namun dalam perjalanannya kemudian, hari berganti hari, bir Jawa ini juga mulai dan banyak dikonsumsi oleh semua kalangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun