Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriyah akan jatuh pada kalender pada tanggal 13 dan 14 Mei 2021.
Ada keunikan tersendiri terkait dengan berita yang viral saat ini. Gubernur Sulawesi Selatan yang notabene adalah penerima Bung Hatta Anti-Corruption Award 2017 justru mencoreng mukanya sendiri.
Gubernur yang bergelar profesor di depan namanya itu di OTT KPK pada Sabtu (27/2/2021) dinihari WIB. Ada yang berceloteh soal ini.
Itu OTT bukan lagi akronim dari Operasi Tangkap Tangan, tapi Operasi Tangkap Tidur. Kalau Operasi Tangkap Tangan itu diciduk nya tersangka korupsi ketika si tersangka sedang beraksi. Sedangkan Nurdin Abdullah ditangkap ketika pria berusia 57 tahun sedang enak-enak nya tidur. Di rumah jabatannya.
"Saya sedang tidur ketika didatangi petugas KPK," kata Nurdin dalam keterangannya kepada para wartawan.
Seperti harimau menerkam mangsanya, bagaimanapun sikap lembaga antar rasuah KPK patut diacungi jempol.
Selain mencoreng muka karena dia dinilai berprestasi sehingga berhak menerima BHACA 2017, ada noda lainnya yang bakal dirasakan mantan Bupati Bantaeng, Sulawesi Selatan itu.
Apa itu?
Dengan ditetapkannya Prof Dr Ir Nurdin Abdullah M.Agr sebagai tersangka maka mau tidak mau dia langsung ditahan. Di Lapas KPK cabang Pomdam Jaya Guntur. Oleh karenanya, Nurdin Abdullah, jika pun merayakan lebarannya, maka dia akan menggelarnya di dalam rutan itu.
Untuk sementara, tiga orang tersangka (selain NA, juga Edhy Rahmat, dan Agung Sucipto) ditahan 20 hari ke depan terhitung Minggu (28/2/2021).
Yang bersangkutan, Eddy Rahmat adalah Sektretaris Dinas Pekerjaan Umum Sulawesi Selatan. Sedangkan Agung Sucipto adalah Direktur PT Agung Perdana Bulukumba, pemberi suap.
Ada tiga dari enam orang diterbangkan ke Jakarta yang tidak tergolong sebagai tersangka. Samsul Bahri, ajudan Nurdin. Irfan, supir Edhy. Dan Nuryadi, supir Agung.
Dalam pencidukan ini KPK mengamankan uang sejumlah Rp 2 miliar yang diduga akan diberikan oleh Agung untuk Nurdin melalui Edhy Rahmat.
Dari kontraktor lain, pertengahan Pebruari 2021 lalu Nurdin juga diberi uang Rp 1 miliar lewat Samsul Bahri. Jadi dalam "bulan cinta" itu dua kali sudah Nurdin menerima duit.
Bukan hanya sampai di situ, Nurdin juga pernah menerima uang lainnya. Yaitu pada akhir tahun 2020 lalu sebesar Rp 200 juta.
Ternyata pandemi tidak mengubah perilaku seorang pejabat untuk berbuat baik. Seperti halnya Bansos yang ditilep oleh mantan Menteri Sosial Juliari Batubara yang juga sempat heboh belum lama ini.
Begitu juga dengan apa yang dilakukan oleh mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.Â
Zaeunur Rohman, seorang peneliti Pusat Kajian Antikorupsi UGM Yogyakarta, mengatakan korupsi yang dilakukan pada masa pandemi ini sangat melukai hati rakyat.
Dalam keterangannya kepada para wartawan, isteri Nurdin, Liestiaty, mengatakan bahwa suaminya didatangi petugas KPK untuk dimintai keterangan karena ada staf suaminya yang menerima dana.
Paradoks sekali.Â
Dalam bukunya berjudul "Nurdin Abdullah Act Locally Think Globally", penulisnya, Fahruddin, menyebut-nyebut jika NA merupakan bupati tercerdas se Indonesia.
Nurdin Abdullah tercatat memangku jabatan Bupati selama dua periode, 2008-2013 dan 2013-2018.
Di sinilah nama Kabupaten Bantaeng menjadi populer saat dipimpin oleh NA yang sekaligus juga pengusaha dan akademisi itu.
Bahkan karena keberhasilannya memimpin Bantaeng itulah dia dianugerahi Bung Hatta Anti-Corruption Award 2017.
Dalam suatu program televisi NA sempat mengutarakan bahwa sebenarnya dia tidak mempunyai bakat politik karena latar belakangnya pengusaha dan akademisi yang tulen.
"Namun rakyat Bantaeng memaksa saya menjadi Bupati," kata Nurdin. Pernyataan Nurdin mengenai hal itu, Nurdin merasa tidak punya bakat politik tapi rakyat Bantaeng memaksanya, juga ditulis Fachrudin dalam bukunya itu.
Fachrudin juga menuliskan, sebelum menjadi Bupati dia adalah pengusaha sukses dan menjadi Presiden Direktur dari empat perusahaan Jepang.
Fachrudin juga lantas menemukan dan ditulis juga dalam bukunya jika Nurdin adalah Bupati satu-satunya di Indonesia yang bertitel profesor.
Maka dengan demikian, Fachrudin tidak heran jika Nurdin Abdullah dijuluki sebagai Bupati tercerdas di Indonesia.
Namun sayangnya, Nurdin Abdullah kini menjadi perbincangan publik setelah dia diciduk oleh KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H