Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mitologi Orang Sunda Dilarang Menikah dengan Orang Jawa, Bagaimana Asal-usul nya?

13 Februari 2021   11:03 Diperbarui: 13 Februari 2021   11:11 1417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Apakah Anda pernah mendengar mitologi ini, jika orang Sunda dilarang menikah dengan orang Jawa? Jika pernah, lantas apakah Anda tahu latar belakangnya?

Konon ini lantaran dari ambisi Gajah Mada yang berlebihan.

Masih ada banyak orang di era modern ini yang mempercayai mitologi tersebut.

Mitos tersebut diungkapkan kembali pada 11 Pebruari 2021 lewat channel YouTube YouTube r Kacau.

Konon raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk jatuh cinta kepada Dyah Pitaloka, putri dari raja Sunda, Maharaja Lingga Buana.

Hayam Wuruk mengutus Maha Patih Gajah Mada dan rombongan datang ke Kerajaan Sunda untuk meminang Dyah Pitaloka kepada Maharaja Lingga Buana. Dalam pertemuannya dengan Lingga Buana, Gajah Mada mengatakan pesta pernikahan tidak dihelat di Kerajaan Sunda, tetapi di Trowulan, ibukota Majapahit.

Lingga Buana menyetujui usulan dari Gajah Mada.

Dengan diiringi rakyat Kerajaan Sunda, Lingga Buana dengan dikawal sejumlah prajuritnya pun lantas memulai perjalanan jauhnya menuju Trowulan. 

Di tengah perjalanan, rombongan Lingga Buana melihat sesuatu yang aneh. Saat itu terjadi fenomena dimana laut berwarna merah darah. Apakah ini suatu pertanda, pertanda buruk?

Lingga Buana tidak mempedulikan fenomena tersebut, dia memerintahkan untuk tetap melanjutkan perjalanannya.

Setelah rombongan Lingga Buana sampai di Bubat (Jawa Timur), sekonyong-konyong datang seorang utusan yang mengatakan bahwa dia diutus Gajah Mada untuk memberitahukan sesuatu.

Pemberitahuan yang dimaksud adalah Lingga Buana diminta untuk menyerahkan saja Dyah Pitaloka Citra Resmi sebagai tanda bahwa Kerajaan Sunda takluk kepada Majapahit.

Mendengar hal tersebut, serta merta Lingga Buana dan rombongan naik pitam. Mereka jauh-jauh datang ke Majapahit untuk melangsungkan akad nikah, bukan untuk menyerahkan putrinya sebagai simbol takluk kepada Majapahit.

Sebenarnya, Lingga Buana masih bisa menahan emosinya agar tidak terjadi bentrokan dengan prajurit Gajah Mada, akan tetapi anak buahnya sudah tak kuat menahan hinaan.

Anak panah lepas dari busur pengawal Lingga Buana menembus utusan Gajah Mada. Dari kejadian ini, perang terbuka pun tak terhindarkan.

Tanpa sepengetahuan Hayam Wuruk, Gajah Mada ternyata sudah mempersiapkan pasukannya untuk berkumpul di lapangan Bubat.

Rombongan Lingga Buana yang hanya membawa prajurit dan peralatan seadanya, di antaranya pedang lantas mengalami kekalahan dari tentara Gajah Mada yang sudah siap-siap.

Lingga Buana dan beberapa petinggi Kerajaan Sunda pun akhirnya tewas dalam pertempuran itu. Jika Anda rajin mencari informasi, di sana Anda akan menemukan apa yang disebut dengan Perang Bubat yang terjadi pada tahun 1357 Masehi, atau 1279 tahun Saka.

Nah, peristiwa itulah yang dimaknai sebagai Perang Bubat yang dimaksud.

Mengetahui apa yang terjadi, Prabu Hayam Wuruk sangat menyesali peristiwa tersebut. Hayam Wuruk lantas mengadakan upacara secara militer untuk menghormati orang-orang, Lingga Buana dan para petinggi Sunda, mereka dikebumikan dengan rasa penyesalan yang mendalam.

Melihat ayahnya, dan orang-orang Kerajaan Sunda tewas, Dyah Pitaloka Citra Resmi pun tidak tahan dilarutkan duka. Dyah Pitaloka akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.

Sebagai tanda penyesalan dan permintaan maaf akan apa yang terjadi, Hayam Wuruk mengirim seorang utusan dari Bali ke Kerajaan Sunda untuk meminta maaf kepada Plt Raja Sunda.

Semenjak peristiwa tersebut, hubungan antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada menjadi tegang.

Seperti diketahui, Gajah Mada mempunyai ambisi untuk menaklukkan seluruh Nusantara di tangannya. Bahkan Gajah Mada bersumpah tidak akan bersenang-senang dulu dengan makan buah Palapa sebelum cita-citanya itu terwujud.

Pada saat itu seluruh wilayah yang disebut dengan Indonesia sekarang ini sudah dikuasainya, yang tersisa cuma Kerajaan Sunda.

Ternyata ambisi mengalahkan segalanya.

Sunda pun akhirnya mengangkat Niskala Wastu Kencana sebagai Maharaja Sunda yang baru menggantikan Lingga Buana. Niskala Wastu Kencana tidak lain tidak bukan adalah adik dari Dyah Pitaloka Citra Resmi sendiri.

Fenomena yang sangat jarang terjadi seperti yang disebutkan di atas, dimana rombongan Lingga Buana melihat lautan berwarna merah darah, hal tersebut barangkali bisa dimaknai jika mereka tidak akan bisa kembali ke Sunda.

Prabu Niskala pun lantas membuat kebijakan dengan melarang orang-orang Sunda melangsungkan pernikahan dengan orang diluar Sunda, termasuk memutuskan segala hubungan dengan Kerajaan Majapahit.

Kebijakan tersebut lantas diasumsikan jika orang-orang Sunda dilarang melakukan pernikahan dengan keturunan Kerajaan Majapahit.

Di sinilah cikal bakal munculnya mitos jika orang Sunda tidak boleh menikah dengan orang Jawa, khususnya Jawa Timur.

Para sejarawan lantas mengasumsikan hal tersebut berkembang menjadi sentimen yang mempengaruhi segi sosiologi dan kultural hingga saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun