Duka mendalam dan ungkapan simpati mengalir dari berbagai penjuru dunia, termasuk di antaranya para pemimpin. Sabtu, 9 Januari 2021, Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 PK-CLC mengalami musibah.
Baru empat menit lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Dalam penerbangan menuju Pontianak itu pesawat jatuh di area Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.
Musibah ini serta merta juga mengingatkan Martunis, anak angkat Cristiano Ronaldo, mengunggah foto Ronaldo di dalam pesawat Sriwijaya Air, sembari mengucapkan turut berbelasungkawa.
"Pray for Sriwijaya Air SJ-182". Tulis Martunis di akun media sosialnya. Martunis menambahkan di Instagramnya, jika Cristiano Ronaldo pernah datang ke Aceh menggunakan pesawat Sriwijaya Air pada tahun 2005.
Pada saat itu Maha Bintang yang dijuluki CR7 itu masih membela Manchester United.
Pesawat yang hilang kontak di Kepulauan Seribu, tepatnya di Pulau Lancang dan Pulau Laki tersebut dikabarkan berpenumpang 62 orang yang terdiri dari 40 orang dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi, dan 12 orang crew awak pesawat.
Martunis yang kini berusia 23 tahun itu hidupnya seperti sebuah drama. Kisahnya berawal dari Tsunami Aceh yang mengguncang dunia.
Drama pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Martunis pun dramatis. Dia aktor drama, ini kisahnya.
Minggu pagi, 26 Desember 2004, Martunis kecil (7 tahun) berencana untuk main bola bersama teman-temannya di sebuah kampung di Aceh, saat itu Martunis masih duduk di kelas 3 SD. Martunis mengenakan kaos Timnas Portugal bukan asli yang dibelikan ayah kandungnya dari sebuah pasar di Banda Aceh.
Hal itu biasa, anak-anak maupun orang dewasa sangat menyukai memakai kaos Timnas negara-negara bola, atau klub yang tersohor yang menjadi favorit mereka.
Belum sempat main bersama teman-temannya, sekonyong-konyong gelombang Tsunami menghampiri kampungnya. Pada saat itu ayah kandungnya sedang bekerja di tambak.
Dengan menumpang sebuah mobil pickup tetangganya, mereka (Martunis, ibunya, adiknya Anissa - 2 tahun, dan kedua kakaknya) berusaha menyelamatkan diri.
Namun pickup yang ditumpangi mereka diterjang ombak Tsunami dan tenggelam. Martunis sempat mengulurkan tangan kepada Anissa untuk menariknya, akan tetapi tangan mungil Martunis tak kuasa melawan derasnya gelombang. Ibu, kakak lelaki, kakak perempuan, dan adiknya hilang selama-lamanya terseret Tsunami.
Keajaiban terjadi, selang beberapa hari (21 hari) kemudian Martunis ditemukan penduduk terdampar di area rawa-rawa dekat makam Teungku Syiah Kuala. Secara kebetulan, pada saat itu crew televisi Inggris sedang meliput di area tersebut, Martunis pun lantas diserahkan kepada mereka.
Pada tanggal 15 Januari 2005 itu, Martunis serta merta disorot crew televisi dan dilihat oleh jutaan mata di televisi Eropa dengan masih mengenakan kaos Portugal.
Pada saat gelombang tersebut Martunis sempat meraih sepotong kayu, dan proses selanjutnya sampai dia memanjat sebatang pohon.
Para bintang sepakbola Portugal lainnya merasa simpati kepada bocah berkulit hitam itu, pada saat itu Cristiano Ronaldo bermain untuk Manchester United.
Asosiasi sepakbola Portugal lantas memberikan hibah 40.000 ribu untuk Martunis, dan CR7 mengangkat anak. Sebagai seorang anak, Martunis mendapatkan berbagai macam fasilitas dari ayah angkatnya.
Itulah sekelumit kisah Martunis yang dramatis. Benar-benar nyata.
Sebagai seorang pemain drama, setidaknya Martunis benar-benar menghayati musibah lainnya, yaitu jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Jika dulu Tsunami Aceh mulai 26 Desember (akhir tahun), kini jatuhnya pesawat pada awal tahun, 9 Januari 2021.
Jika tidak dikemukakan oleh Martunis, tidak banyak yang tahu, Ronaldo pernah naik Sriwijaya Air.
Sampai saat ini, Basarnas masih terus bekerja menyisir reruntuhan puing-puing pesawat untuk mencari kemungkinan adanya mereka yang selamat.
Dalam insiden jatuhnya pesawat, sejumlah hal langsung muncul menjadi pertanyaan publik. Misalnya siapakah pemiliknya, jenis pesawat, maskapainya, buatan tahun berapa, dan sebagainya.
Publik menjadi kaget jika suatu kecelakaan dialami oleh sebuah maskapai dengan reputasi yang baik, berperingkat baik, dan tidak mempunyai catatan kelam dalam dunia penerbangan.
Ketika terjadi kecelakaan, faktor usia sering kali bukan sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan itu, asalkan pesawat itu sudah dinyatakan laik terbang.
Kecelakaan bisa terjadi pada pesawat baik yang lama ataupun yang baru.
Pesawat masih baru adalah pesawat yang beroperasi kurang dari 10 tahun. Sejumlah kecelakaan yang terjadi di seluruh dunia, melibatkan pesawat-pesawat baru. Seperti pesawat Boeing 737-Max dengan registrasi PK-LQP yang belum juga genap 1 tahun beroperasi mengalami kecelakaan pada 29 Oktober 2018 lalu.
Faktor apa saja yang menjadi penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H