Siapa itu jalan di sebelahmu, melihat padaku seakan cemburu.
Dia cantik jelita luar biasa, sungguh pandai engkau memilih kasihmu.
Itu hanya sebersit cuplikan dari lagu-lagu yang bertema cinta. Lagu-lagu memang banyak didominasi nyanyian tentang cinta.
Cinta dan cemburu berjalan berdampingan. Ada cinta ada cemburu. Itu adalah proses yang wajar.
Cemburu tandanya cinta. Ini ungkapan yang sering kita dengar.
Apakah ungkapan itu benar adanya? Nampaknya tidak selalu demikian, cemburu hanyalah luapan emosi yang kadang dapat berakibat buruk.
Ada cemburu yang benar dan menyehatkan, bagaimana bentuknya?
Ada kegelisahan jika pasangan tidak berada dekat. Lantas dia mencari tahu keberadaannya, baik lewat smartphone, media sosial, mengawasi gerak-gerik pasangan. Orang yang cemburu bicaranya juga bernada ketus, cemas, padahal tidak tahu dengan jelas apa penyebabnya.
Barangkali Anda sudah atau sering merasakan sendiri apa yang dinamakan cemburu, atau jealous ini.
Psikolog Rani Agias Fitri, M.Psi., staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara, mengatakan sejatinya cemburu adalah tak lebih dari luapan emosi.
Rani menambahkan emosi itu kompleks karena di dalamnya ada sejumlah perasaan terhina, kemarahan, dan takut ditinggalkan.