Pordenone mendapatkan ijin untuk tidak tinggal di Wilwatikta, ibukota Majapahit. Pada saat itu raja yang berkuasa adalah Jayanegara.
Pastor dari Italia itu menyebutkan bangunan kerajaan Majapahit berlapis emas dari mulai dindingnya, ukiran-ukiran, sampai kepada patung-patung ksatria.
Selain melakukan perjalanan ke Majapahit, pastor yang berasal dari Ordo Fransiskan itu juga mengunjungi wilayah-wilayah lainnya . Dari India, Malabar, Srilangka, Cina, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.
Terkait dengan tugas-tugas misionarisnya, Pordenone dijuluki "Rasul Bangsa Cina". Pordenone tinggal di Cina pada 1324-1327 di masa pemerintahan Dinasti Yuan.
Pordenone lantas jatuh sakit ketika dalam perjalanan hendak melapor ke Paus di Avignon. Pordenone meninggal dunia pada tahun 1331.
Sebelum hancur sama sekali pada 1478 Masehi, Majapahit mengalami kemunduran setelah Hayam Wuruk meninggal dunia.
Hancurnya kerajaan Hindu-Buddha terakhir di Nusantara itu ada disebut-sebut dalam Serat Kanda.
Beberapa ahli sejarah membagi dua faktor penyebab runtuhnya Majapahit itu. Yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor eksternal terdiri dari munculnya Pusat Perdagangan di Semenanjung Malaka. Dengan demikian, maka ruang gerak perniagaan laut Majapahit semakin terdesak. Maka dengan demikian, pundi-pundi kas Majapahit yang berasal dari perniagaan menjadi tergerus.
Faktor kedua adalah mulai menguatnya pengaruh Islam di Jawa pada abad ke 15. Pada tahun 1475 Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak di Jawa Tengah. Raden Patah mendapatkan dukungan dari para ulama di Jawa, syiar Islam ternyata mengubah pandangan masyarakat Jawa ke arah yang lebih modern
Raden Patah kemudian juga menyerang sisa-sisa Majapahit di Jawa Timur.