Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup di Indonesia Makin Susah, Makan Tahu dan Tempe Saja Mahal!

4 Januari 2021   09:04 Diperbarui: 4 Januari 2021   09:10 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahu dan tempe (suara.com)


Tahu atau tempe memiliki berbagai macam cerita di dalamnya. 

Dalam plesetan, seandainya aku tahu semuanya, maka tidak ada tempe. Itu salah contoh dimana tahu menjadi salah satu bahan humor di media sosial, terutama Facebook.

Tahu dan tempe mempunyai kesamaan, keduanya tidak saling membenci satu sama lain, lantaran tahu dan tempe merupakan makanan rakyat dalam artian harganya paling terjangkau. Dengan uang Rp 1.000 kita sudah bisa menikmati sepotong tahu atau tempe.

Selain sedap, murah, tahu dan tempe juga kaya nutrisi yang diperlukan tubuh untuk berpikir.

Dalam suatu penelitian, tahu yang dibuat dari kacang kedelai ini menjadi kesukaan orang-orang Jepang dalam makanan utama mereka.

Orang-orang Jepang dikenal sebagai orang-orang yang panjang umur. Dari situlah para peneliti ingin mengetahui apa rahasianya. Didapatkan, salah satunya mereka rajin mengonsumsi tahu, dalam segala bentuknya. Tofu, tahu Jepang.

Jika Anda rajin membaca, di situ akan ditemui jika kedelai (bahan pembuat tahu dan tempe) memang kaya akan nutrisi yang sangat diperlukan tubuh untuk berpikir dan kesehatan lainnya.

Selain diproduksi menjadi tahu dan tempe, kedelai juga bisa diproduksi menjadi susu kedelai, minyak kedelai, atau tepung kedelai, kecap, dan sebagainya.

Para peneliti berkesimpulan manfaat dari kedelai ini selain berdampak kepada panjang umur, juga untuk kesehatan lainnya, seumpama mencegah demensia, mengurangi risiko kanker, memelihara kesehatan organ tubuh, menurunkan kadar kolesterol, meringankan gejala menopause pada wanita, serta menjaga kesehatan dan kekuatan tulang.

Dalam fungsinya sebagai penjaga kesehatan jelas kacang kedelai bermanfaat ganda. Dikatakan demikian karena harganya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kaya atau miskin.

Miskin, dalam artian kelompok ini masih mampu membuat tahu atau tempe dan mengonsumsinya. Namun dalam jaman sekarang ini, masih ada masyarakat yang mengeluh bahkan tidak dapat membeli tahu atau tempe, makanan rakyat.

Nampaknya mereka kurang faham manfaat dari penganan yang terbuat dari kacang kedelai itu. Mereka membeli tahu atau tempe hanyalah karena harganya murah dan sedap. Lain dengan orang kaya yang sudah tahu manfaat kedelai.

Sebuah media bertanggal Minggu (3/1/2020) melaporkan jika masyarakat Indonesia semakin tertekan hidupnya. Setelah Covid-19 yang membuat sengsara karena kehilangan pekerjaan dan sebagainya, semakin tertekannya masyarakat Indonesia diakibatkan karena adanya prediksi harga tahu dan tempe bakalan naik harganya.

Suhanto, Sekjen Kementerian Perdagangan RI mengatakan hal tersebut, harga tahu dan tempe kemungkinan besar bakalan naik minggu depan.

Suhanto menjelaskan kenaikan itu disebabkan karena kacang kedelai yang dibeli pengrajin tahu tempe dari importir juga sudah naik.

"Kasihan juga juga kalau tahu tempe tidak dinaikkan, rugi," kata Suhanto, Sabtu (2/1/2020) di CNN Indonesia.

Sepertinya para pengrajin tahu tempe itu kurang faham atau bahkan belum mengenal sama sekali motif konsumen untuk membeli tahu tempe itu untuk kesehatan, motif mereka hanya karena murah dan sedap. Para pembuat tahu tempe hanya ingin menjual untuk meraih keuntungan.

Ketika ditanyakan berapa rupiah kenaikannya, dalam hal tersebut Suhanto belum bisa meramalkan. Suhanto hanya melukiskan jika kenaikan kedelai sekarang ini sekitar 3,3 persen.

Dari pasaran, terlihat jika harga kedelai itu naik menjadi Rp 9.300 - Rp 9.600 dari harga sebelumnya Rp 9.000 per kilogram.

Dalam menentukan harga tahu tempe ini, kedelai memegang peranan vital yaitu 70 persennya, yang lain adalah biaya tenaga kerja, pengemasan dan biaya produksi lainnya.

Kebijakan apa yang akan diambil pemerintah mengatasi masalah ini. Jika tidak dinaikkan, seperti sering terjadi, akan terjadi aksi mogok produksi dari para pengrajin tahu tempe.

Namun di lain pihak, jika dinaikkan, maka itu akan menimbulkan kekhawatiran bakal membebani masyarakat. Dengan demikian, Suhanto pun berpesan kepada para pengrajin tahu tempe jika dinaikkan jangan terlalu tinggi.

"Yang penting masih ada untung," katanya.

Memang jika dinaikkan terlalu tinggi, ada kemungkinan tahu atau tempe tidak akan lagi dijuluki sebagai makanan rakyat. Tujuan wong cilik membeli tahu tempe bukan untuk kesehatan, tapi karena murah dan sedap.

Dikutip dari KOMPAS edisi Senin, 4 Januari 2021, para pembuat tempe memang melakukan boikot. Mereka melakukan aksi mogok memproduksi tahu dan tempe selama 3 hari, terhitung Jum'at (1/1/2021). Namun, pada hari Minggu (3/1/2021) mereka nampak kembali bekerja mengolah kembali kedelai untuk membuat tahu dan tempe.

Suhanto menjelaskan kenaikan harga kedelai ini lantaran Cina meminta dua kali lipat kedelai itu dari Amerika Serikat, dari semula 15 menjadi 30 juta ton. Alhasil, pasokan kedelai ke beberapa negara termasuk Indonesia terhambat. Alasan lainnya adalah lantaran penurunan produksi akibat La Nina.

Mulai Senin (4/1/2021) pengrajin menaikkan tahu dan tempe menjadi Rp 15.000 per kilogram, dari harga semula Rp 10.000 - Rp 12.000 per kilogram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun