"Yang penting masih ada untung," katanya.
Memang jika dinaikkan terlalu tinggi, ada kemungkinan tahu atau tempe tidak akan lagi dijuluki sebagai makanan rakyat. Tujuan wong cilik membeli tahu tempe bukan untuk kesehatan, tapi karena murah dan sedap.
Dikutip dari KOMPAS edisi Senin, 4 Januari 2021, para pembuat tempe memang melakukan boikot. Mereka melakukan aksi mogok memproduksi tahu dan tempe selama 3 hari, terhitung Jum'at (1/1/2021). Namun, pada hari Minggu (3/1/2021) mereka nampak kembali bekerja mengolah kembali kedelai untuk membuat tahu dan tempe.
Suhanto menjelaskan kenaikan harga kedelai ini lantaran Cina meminta dua kali lipat kedelai itu dari Amerika Serikat, dari semula 15 menjadi 30 juta ton. Alhasil, pasokan kedelai ke beberapa negara termasuk Indonesia terhambat. Alasan lainnya adalah lantaran penurunan produksi akibat La Nina.
Mulai Senin (4/1/2021) pengrajin menaikkan tahu dan tempe menjadi Rp 15.000 per kilogram, dari harga semula Rp 10.000 - Rp 12.000 per kilogram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H