Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dua Puluh Tahun Telah Berlalu, Timor Leste Miskin, Akankah Balik Lagi ke NKRI?

3 Januari 2021   10:05 Diperbarui: 3 Januari 2021   10:15 4006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak di Timor Leste (reliefweb.int)

Andai saja dulu Timor Leste (dulu Timor Timur) tetap NKRI, nasibnya tidak seperti sekarang ini.

Seperti yang kita lihat sekarang ini, seluruh propinsi di Nusantara sekarang ini hidup sejahtera, karena kehidupan mereka mendapatkan perhatian dari pemerintah. 

Timor Leste, yang berbatasan dengan NTT, kini dikabarkan menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Rilis teranyar UNDP (United Nations Development Programme) menempatkan "Si Anak Hilang" di peringkat ke 152 dari 162 negara termiskin di dunia.

Bahkan dalam kelaparan, Global Hunger Index menempatkan Timor Leste sebagai negara terlapar di dunia setelah Chad di Afrika Tengah.

Timor Timur boleh berbangga hati karena berhasil mewujudkan mimpinya untuk menjadi sebuah wilayah yang merdeka. Bumi Lorosae secara resmi menjadi sebuah negara pada 20 Mei 2002.

Bumi Lorosae memang lambat menikmati dunia. Mereka selalu berada dalam kegelapan sejak abad ke-16 dijajah oleh bangsa Portugis.

Setelah melakukan perlawanan, Fretilin akhirnya mendeklarasikan kemerdekaan mereka pada 28 Nopember 1975. Belum ada pemerintahan, Indonesia mencuri kesempatan itu.

9 hari kemudian, pasukan Indonesia mulai terjun ke Timor Timur dengan maksud untuk invasi dan mengklaim jika "Si Anak Hilang" adalah bagiannya. Hal ini sangat dimaklumi.

"Si Anak Hilang" adalah julukan yang diberikan Presiden RI ke-2 Soeharto merujuk kepada Timor Timur yang dikoloni Portugis, sementara bagian Indonesia lainnya dipengaruhi Belanda.

Dunia internasional mengklaim genosida terhadap rakyat Timor Timur dimana lebih dari 200.000 jiwa melayang sebagai genosida terburuk di abad ke- 20. Selain karena peperangan, ditambah lagi karena kelaparan dan penyakit.

Dalam menjadikan Timor Timur menjadi propinsi ke-27 tentunya terjadi peperangan antara militer Indonesia yang juga didukung mereka yang pro melawan Fretilin.

Untuk mengakhiri kekerasan PBB lantas membentuk dan menerjunkan Interfet yang terdiri dari 20 negara, yang dipimpin oleh Australia dan Selandia Baru.

Tentu Anda dapat menebak mengapa kedua negara itu ditetapkan sebagai pemimpin Interfet, karena mereka negara yang berdekatan dengan Indonesia.

Sebelumnya, pada 30 Agustus 1999 PBB menggelar referendum apakah rakyat Timor Timur ingin melihat dunia atau menjadi bagian dari Indonesia?

Sayangnya, hanya 21 persen saja yang mau NKRI.

Itulah sebabnya mereka yang pro dengan dukungan militer Indonesia membumi hanguskan Bumi Lorosae. Banyak penduduk yang dibunuh dan mengungsi. Itulah cikal bakal PBB membentuk Interfet.

Timor Timur pun bermimpi yang lain. Mereka diterima menjadi anggota ASEAN ke-11 pada tahun 2011.

Sedikit saja terjadi gesekan dengan Interfet, perang terbuka sudah tidak dapat dihindari lagi dengan pro dan militer Indonesia. Komandan Letjen Kiki Syahnakri meminta menghindari korban.

Menjadi bagian dari Indonesia, sebenarnya Soeharto sangat memanjakan "Si Anak Hilang". Banyak fasilitas dan infrastruktur dibangun, sekolah, jalan, bandara. Bahkan Patung Cristo Rei.

APBN pun ditingkatkan untuk menyejahterakan rakyat Bumi Lorosae.

Patung Kristus Raja dengan tinggi 27 meter (lambang propinsi ke-27) merupakan patung ke-2 tertinggi di dunia setelah Patung Christ The Redemeer di Rio de Janeiro, Brasil setinggi 36 meter.

Dua puluh tahun sudah berlalu, Timor Leste memang dapat menikmati kemerdekaannya. Akan tetapi mereka masih gelap dalam perekonomiannya.

Timor Timur memiliki kopi dan terutama tiga ladang minyak lepas pantai (di Kitan dan Bayu Undung), dan Greater Sunrise untuk mengisi pundi-pundi kas Timor Leste. Perusahaan-perusahaan minyak yang melakukan pengeboran di sana diharuskan membayar royalti kepada Pemerintah Timor Leste.

Akan tetapi Timor Leste diprediksi akan bangkrut pada 2027. Karena minyak-minyak itu persediannya semakin menipis dan dengan demikian keuangan mereka pun dalam keadaan gawat darurat.

Sebuah laporan mengenai terancamnya Timor Leste bakal kehabisan uang ini sempat menyentak ketika diulas oleh rnz.co.nz (New Zealand) pada tahun 2015. Timor Leste terancam kebangkrutan ekonomi.

Selain persediaan semakin menipis, harga minyak pun menjadi rendah yang mana tentunya mengurangi tingkat royalti yang dibayarkan perusahaan-perusahaan minyak.

"Sejak 2012 perusahaan migas mengalami penurunan, tingkat pendapatan dari migas pada tahun 2014 mengalami penurunan 40 persen ketimbang tahun sebelumnya (2013)", tulis laporan itu.

Pada tahun 2014 minyak bumi bahkan berkontribusi menyumbang 93 persen dari seluruh total pendapatan negara, lanjut laporan itu.

Timor Leste kini dapat menikmati kemerdekaannya, namun mereka pontang-panting dalam perekonomiannya. Apakah ada keinginan Timor Leste untuk balik lagi menjadi NKRI?

Salah sendiri, mengapa mereka dulu begitu ngotot ingin merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun