Untuk mengakhiri kekerasan PBB lantas membentuk dan menerjunkan Interfet yang terdiri dari 20 negara, yang dipimpin oleh Australia dan Selandia Baru.
Tentu Anda dapat menebak mengapa kedua negara itu ditetapkan sebagai pemimpin Interfet, karena mereka negara yang berdekatan dengan Indonesia.
Sebelumnya, pada 30 Agustus 1999 PBB menggelar referendum apakah rakyat Timor Timur ingin melihat dunia atau menjadi bagian dari Indonesia?
Sayangnya, hanya 21 persen saja yang mau NKRI.
Itulah sebabnya mereka yang pro dengan dukungan militer Indonesia membumi hanguskan Bumi Lorosae. Banyak penduduk yang dibunuh dan mengungsi. Itulah cikal bakal PBB membentuk Interfet.
Timor Timur pun bermimpi yang lain. Mereka diterima menjadi anggota ASEAN ke-11 pada tahun 2011.
Sedikit saja terjadi gesekan dengan Interfet, perang terbuka sudah tidak dapat dihindari lagi dengan pro dan militer Indonesia. Komandan Letjen Kiki Syahnakri meminta menghindari korban.
Menjadi bagian dari Indonesia, sebenarnya Soeharto sangat memanjakan "Si Anak Hilang". Banyak fasilitas dan infrastruktur dibangun, sekolah, jalan, bandara. Bahkan Patung Cristo Rei.
APBN pun ditingkatkan untuk menyejahterakan rakyat Bumi Lorosae.
Patung Kristus Raja dengan tinggi 27 meter (lambang propinsi ke-27) merupakan patung ke-2 tertinggi di dunia setelah Patung Christ The Redemeer di Rio de Janeiro, Brasil setinggi 36 meter.
Dua puluh tahun sudah berlalu, Timor Leste memang dapat menikmati kemerdekaannya. Akan tetapi mereka masih gelap dalam perekonomiannya.