Sesudahnya diketahui jika Sri Makurung Prabu Hadiningrat bersama istri, anak dan semua abdi dalem melakukan moksa. Moksa dalam Hindu adalah berdiam diri mengheningkan cipta dengan menjauhkan diri dari segala sesuatu ikatan duniawi yang penuh penderitaan.
Melihat kondisi itu, Dyah Ayu pun lantas memutuskan mengikuti jejak kakak iparnya melakukan moksa. Orang-orang yang mengasihi sang putri lalu menandai tempat moksa Dyah Ayu dengan sebuah batu hitam yang menyerupai sebuah makam.
Dalam perjalanannya kemudian, di lokasi moksa sang putri itu lantas muncul mata air ajaib yang mengalir terus menerus dan berkhasiat awet muda dan menyembuhkan penyakit.
Umbul Kendat hingga kini sering dikunjungi oleh umat Hindu untuk melakukan upacara Tritayatra dan Dewa Yadna.
Umbul sendiri dalam bahasa Jawa berarti mata air. Pada perjalanannya kemudian, wilayah itu menjadi dua bagian dan masyarakat setempat menyebutnya dengan Umbul Dandang atau Panguripan dan Umbul Keroncong.
Disebut keroncong karena umbul itu menimbulkan suara seperti musik keroncong.
Demak yang sebelumnya Kadipaten dari Majapahit lantas dilegitimasi Raden Patah menjadi kekuatan baru yang mewarisi Kerajaan Majapahit. Raden Patah menjadi Sultan Kerajaan Islam Demak.
Uniknya, Raden Patah adalah putra dari Kertabumi sendiri (raja Majapahit terakhir) dari selirnya yang Cina bernama Siu Ban Ci. Jadi Raden Patah memiliki darah Cina, nama Cina nya adalah Jin Bun. Tidak heran lantas Raden Patah disebut juga dengan Senapati Jimbun.
Lantaran permaisuri Kertabumi, yaitu Ratu Dwarawati (yang berasal dari Campa) cemburu, maka Kertabumi mengirimkan Siu Ban Ci kepada Adipati nya di Palembang yaitu Arya Damar selagi Siu Ban Ci mengandung Raden Patah.
Setelah Raden Patah lahir, Arya Damar (Swan Liong) lantas menikahi Siu Ban Ci. Dari Arya Damar, Siu Ban Ci melahirkan Raden Kusen (Kin San).
Arya Damar alias Swan Liong adalah putra dari Purwasisesa (Brawijaya III) dari selir Cina nya.