Raja terakhir Majapahit adalah Brawijaya V (1468-1478). Disebut Brawijaya V, karena sebelumnya ada juga Brawijaya I II III dan IV. Brawijaya mempunyai seorang putri yang cantik yang bernama Dyah Ayu Retna Kedaton.
Setelah Raden Patah yang beragama Islam menyerang Brawijaya dan menghancurkan Majapahit. Inilah cikal bakal berakhirnya kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara.
Raden Patah menghancurkan Kerajaan Majapahit dan meneruskannya dengan mendirikan Kerajaan Islam Demak, sekaligus menjadi Sultan Demak pertama.
Tak pandang bulu, Raden Patah lantas memaksa semua rakyat Majapahit, tak terkecuali para petinggi kerajaan untuk memeluk agama Islam.
Dyah Ayu Retna Kedaton yang menolak untuk diislamkan, lantas melarikan diri ke Pengging, di Boyolali, Jawa Tengah untuk menemui dan meminta perlindungan kepada kakak iparnya yang Adipati Pengging yang bernama Sri Makurung Prabu Hadiningrat.Â
Dyah Ratu tak lepas rasa terkejutnya, lantaran sesampai di sana, ternyata kakak iparnya bersama isteri, anak, dan semua abdi dalem melakukan moksa.
Moksa (berasal dari Bahasa Sansekerta) adalah istilah dalam agama Hindu atau Buddha yang artinya adalah berdiam diri melepaskan segala ikatan dengan keduniawian. Yang mana, ikatan dengan segala sesuatu yang duniawi itu hanyalah mendatangkan kecemasan dan penderitaan.
Dengan melakukan tapa (moksa) maka lepaslah semua ikatan keduniawian dan bebas tanpa adanya penderitaan.
Dyah Ayu berkeputusan lebih baik bunuh diri ketimbang dirinya diislamkan. Atau pun dijadikan isteri raja.
Melihat keputusan kakak ipar dan seluruh orang-orang dekatnya moksa, Dyah Ayu pun lantas mengikuti apa yang dilakukan kakak ipar cs.
Kendati usianya pada saat itu barulah remaja (sekitar 15-18 tahun). Dyah Ayu melakukan moksa itu di suatu tempat yang pada perjalanannya kemudian menjadi tempat yang "alternatif" atau "sakral".