Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Bahasa Sunda dan Provinsi Jawa Barat, Ada Apa?

12 Desember 2020   10:05 Diperbarui: 12 Desember 2020   10:14 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang Sunda (yukepo.com)


"Kumaha damang" "Ageung pisan"

Itu dua kalimat contoh dalam Bahasa Sunda. Bahasa Sunda digunakan oleh orang-orang yang bermukim di sebelah barat Pulau Jawa, atau mereka yang tinggal di mana saja, di luar Jawa Barat.

Rilis teranyar dari Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan menyebutkan ada 652 bahasa daerah di Nusantara kita ini.

Data BPS tahun 2015 ada 14 bahasa daerah yang dipakai oleh lebih dari 1.000.000 juta orang, atau sekitar 69,23 persen dari total populasi Indonesia. Bahasa Sunda sendiri hanya kalah dari Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah yang paling banyak penuturnya di Indonesia.

Sedangkan Bahasa Gorontalo berada di urutan ke 14 dengan 1.000.000 (+) penutur.

Berkaitan dengan Bahasa Sunda yang dipakai oleh orang-orang Sunda, kini timbul pertanyaan kapan awal mulanya lokasi Propinsi Jawa Barat tercipta?

Dari banyak cerita yang didengar, apakah Jawa Barat ini dimulai dari masa keemasan kerajaan-kerajaan yang ada di Tatar Pasundan itu?

Pada abad ke 4 Masehi berdiri Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Dan setelahnya ada kerajaan-kerajaan lainnya seperti Kasultanan Banten, Kasultanan Cirebon Kerajaan Pajajaran, dan Kerajaan Galuh.

Akan tetapi sejumlah ahli sejarah mengatakan sejarah Propinsi Jawa Barat ini sudah ada jauh sebelum era keemasan kerajaan-kerajaan.

Para arkeolog mendefinisikan hal tersebut berdasarkan bukti-bukti ditemukannya barang-barang yang terbuat dari tanah liat di wilayah mulai dari Anyer di paling barat sampai Cirebon di paling timur. Gerabah-gerabah tersebut berasal dari jaman perunggu dan besi.

Para peneliti setidaknya menemukan 7 prasasti yang di antaranya terukir tulisan-tulisan dalam bahasa Palawa dan Sansekerta (berasal dari India). Dan itu dapat bercerita banyak tentang Kerajaan Tarumanegara.

Adanya prasasti Kebon Kopi II membuktikan jika Kerajaan Pajajaran pernah mengalami masa emasnya di Tanah Sunda ini.

Jika Anda memperhatikan film Raden Kian Santang yang kini sedang edar setiap malam di MNCTV, di sana ada disebutkan kerajaan Pajajaran, atau prajurit Pajajaran. Atau juga Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran yang paling tersohor.

Episode nya memang menceritakan di wilayah Sunda sekarang ini.

Dalam perjalanannya kemudian, Kerajaan Hindu Sunda mendapatkan tekanan pada abad ke 16 karena adanya ekspansi politik dan ekonomi dari Kasultanan Demak. 

Karena ambisi Kasultanan Islam itu ada dua pelabuhan yang yang terlepas dari Kerajaan Hindu Sunda, yaitu Pelabuhan Cirebon, yang lantas terbentuklah Kasultanan Cirebon. Begitu juga dengan Pelabuhan Banten yang direbut oleh Demak, dan terbentuklah Kasultanan Banten.

Tekanan juga datang dari Portugis. Pimpinan Kerajaan Sunda akhirnya membuat kesepakatan. Dengan dukungan Portugis, keamanan Kerajaan Sunda diperkuat.

Sedangkan Portugis membangun benteng dan melakukan aktifitas perdagangan di Sunda Kelapa (Jakarta sekarang).

Prasasti kesepakatan antara Pajajaran dan Portugis pun akhirnya diketemukan.

Seiring kedatangan bangsa Portugis, salah seorang warganya yang bernama Tome Pires lantas membuat sejumlah catatan mengenai orang-orang Sunda dan dikumpulkan dalam Suma Oriental.

Tome Pires mengatakan pada saat itu (abad ke 16) orang-orang Sunda dan Jawa bersaing dalam perdagangan.

Karena adanya persaingan itu, membuat Bahasa Sunda menjadi berbeda dengan Bahasa Jawa. Alasan lainnya mengapa Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa berbeda, karena orang Sunda itu leluhurnya adalah dari Tanah Pasundan.

Sejumlah catatan lain mengatakan mengapa Bahasa Sunda dan Jawa itu berbeda, karena orang-orang Sunda tidak mau tunduk kepada Majapahit yang ingin memperluas wilayahnya.

Kendati Sunda hanya sepertiga Pulau Jawa, sedangkan Majapahit menguasai hampir seluruh wilayah yang disebut dengan Indonesia sekarang dan bahkan Asia Tenggara, akan tetapi Majapahit tidak dapat menundukkan Pajajaran.

Begitu pun dengan Singasari.

Orang-orang Sunda ingin tetap mempertahankan budaya dan adat istiadat nya sendiri. Lain kata, andai Majapahit dapat mengalahkan Pajajaran.

Seperti diketahui, Maha Patih Majapahit, yaitu Gajah Mada ingin mempersatukan seluruh wilayah Nusantara. Dan bersumpah tidak akan makan buah Palapa sebelum cita-citanya itu terwujud.

Akan tetapi ambisi Gajah Mada dapat digagalkan oleh Sunda.

Itulah sebabnya, kendati tinggal di satu pulau yang sama, yaitu Pulau Jawa, Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa berbeda hingga sekarang.

Akan tetapi setelah Kerajaan Islam Mataram mengalahkan Pajajaran, kebudayaan dan budaya Sunda sudah tidak suci lagi, dan dipengaruhi Jawa.

Di wilayah-wilayah perbatasan seperti Cirebon atau Indramayu bahasa dan kebudayaannya campursari dengan Jawa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun