Kerajaan Galuh ini diperintah oleh Raja Bunisora. Bratalegawa adalah seorang bangsawan sekaligus juga seorang saudagar yang kaya raya, Bratalegawa adalah putra ke 2 dari Raja Bunisora.
Sebagai seorang saudagar, Bratalegawa sering berhubungan dengan orang-orang, terutamanya saudagar dari Timur Tengah yang beragama Muslim. Bukan saja di dalam negeri yang disebut dengan Indonesia sekarang ini, Bratalegawa juga sering melawat ke Timur Tengah dan negeri lainnya untuk berdagang.
Dari seringnya Bratalegawa berhubungan dengan orang-orang dari Timur Tengah, perlahan-lahan dia mulai tertarik dengan agama Islam yang dianut rekan-rekan bisnisnya.
Bratalegawa pun akhirnya diislamkan oleh rekan-rekannya itu di India, yang kebetulan saat itu mereka bertemu di negara Kuch Kuch Hota Hai tersebut.
Sebelumnya, Bratalegawa adalah seorang pemeluk Hindu yang sangat taat. Itulah cikal bakal Bratalegawa disebut sebagai Haji Purwa. Purwa dalam Bahasa Sunda artinya yang utama, atau yang pertama. Ini karena Bratalegawa merupakan tokoh Muslim pertama di tatar Sunda. Dia juga diklaim sebagai orang pertama dari tatar Sunda yang naik haji.
Itulah sebabnya nama Bratalegawa berubah menjadi Haji Baharuddin Al-Jawi setelah dia menikah dengan seorang perempuan asal Gujarat ketika dia melakukan perjalanan bisnisnya dan lantas dia melakukan ibadah naik haji.
Baca: Puasa, Waisak, dan Ajaran Toleransi Sunan Gunung Jati di Banten
Ketertarikannya kepada Islam diwujudkan bukan hanya sekedar dia memeluk Islam dan naik haji, tetapi lebih dari itu. Baharuddin Al-Jawi ingin menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW tersebut.
Langkah pertama yang dilakukannya setelah naik haji itu, dia pulang ke kampung halamannya di Kerajaan Galuh. Dia coba mendekati Ratu Banawati, Giri Dewanti (saudara kandungnya), dan para petinggi Kerajaan Galuh untuk supaya memeluk agama Islam.
Tetapi usahanya tidak mendapatkan hasil. Ini dikarenakan masih kuat berakarnya nafas Hindu.
Tidak patah arang dalam upayanya syiar Islam tersebut, dia lantas memutuskan untuk hijrah ke Cirebon (namanya waktu itu masih Caruban Girang) untuk syiar.