Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Padahal "Si Anak Hilang" Dulu Dimanjakan Soeharto, Ngotot Ingin Merdeka, Kini Miskin

17 November 2020   09:01 Diperbarui: 17 November 2020   09:05 2976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden ke 2 RI Soeharto sempat menjuluki Timor Leste (dulu Timor Timur) dengan "Anak Yang Hilang". 

Ini pasalnya, Timor Timur itu dulunya diduduki oleh Portugis, ketika seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh Belanda. Keunikan itu, membuat Indonesia merasa Timor Timur adalah bagian dari wilayahnya.

Nama Timor Timur sementara berubah menjadi Timor Portugis pada 28 Nopember 1975 setelah Front Revolusi Kemerdekaan Timor Timur (Fretilin) menyatakan kemerdekaan mereka dari Portugis yang telah menjajah mereka sejak abad ke 16. 

Beberapa hari setelah pernyataan itu, Indonesia ingin mendapatkan kembali "Anak Yang Hilang". Dengan maksud aneksasi, militer Indonesia diterjunkan ke wilayah yang disebut juga dengan Bumi Lorosae itu.

Kendati masih belum kondusif karena lantas terjadi bentrokan antara Fretilin dengan militer Indonesia, akan tetapi sebagai bagian dari Indonesia, Timor Timur pun lantas dianggap sebagai anak sendiri oleh Bapak Pembangunan Nasional, Soeharto.

Bahkan boleh dikatakan "Anak Yang Hilang" Timor Timur dimanjakan Soeharto dengan berbagai pembangunan di segala bidang, mulai dari pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan sebagainya.

APBN untuk Timor Timur juga dinaikkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Timor Timur. Melalui UU No 7 Tahun 1976 Bumi Lorosae dinyatakan sebagai provinsi Indonesia yang ke 27.

Salah satu warisan Soeharto yang nyata adalah Bandara Komoro, yang kini namanya dirubah menjadi Bandara Nicolau Lobato di Dili, ibukota Timor Timur. Warisan Soeharto lainnya dibangunnya Patung Kristus Raja atau Patung Cristo Rei. Dalam Bahasa Portugis, Cristo adalah Kristus, sedangkan Rei adalah Raja.

Patung setinggi 27 meter ini memiliki anak tangga sebanyak 590 buah untuk mencapai puncaknya. Patung yang dibuat tahun 1996 ini dibuat di Bandung dengan menelan biaya pada saat itu Rp 5 miliar.

Angka 27 menandakan jika Timor Timur adalah provinsi Indonesia yang ke 27.

Ini adalah patung kedua tertinggi di dunia setelah Patung Christ The Redemeer di Rio de Janeiro, Brasil, setinggi 36 meter, berdiri di atas bukit setinggi 1,5 km.

Ini adalah cara Soeharto untuk menyenangkan rakyat Timor Timur yang hampir seluruhnya beragama Kristen, kendati mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam

Warisan Soeharto yang berdiri di ketinggian Bukit Futucama itu kini banyak dikunjungi oleh para wisatawan sebagai salah satu destinasi wisata di Timor Leste.

Sebelumnya, untuk menghormati para pahlawan yang telah berjuang untuk merdeka dari Portugis dan berintegrasi dengan Indonesia, Presiden Soeharto juga menitahkan membangun monumen yang disebut dengan Monumen Integrasi.

Dalam titahnya, Soeharto meminta agar Patung Cristo Rei dimiringkan ke arah Jakarta, ibukota Indonesia. Inilah yang lantas menimbulkan kontroversi.

Upaya Soeharto merebut hati rakyat Timor Timur itu ternyata berujung kegagalan. Melalui sebuah referendum yang disponsori PBB, 78 persen rakyat Timor Timur lebih memilih untuk lepas dari Indonesia.

Ya, kendati banyak yang menyebutkan Indonesia itu biadab, tapi ada juga segelintir orang yang pro Indonesia, di antaranya adalah Arnaldo dos Reis Araujo, yang lantas mendirikan Partai APODETI (Associacao Popular Democratica Timorense) yang bertujuan menggabungkan Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia.

Paska militer Indonesia aneksasi di Timor Timur dan terjadi bentrokan dengan Fretilin, saat itu di sana ada tiga partai terbesar, yaitu Fretilin yang ingin berdiri sendiri, UDT yang berpihak kepada Portugis, dan APODETI yang pro Indonesia.

Pada saat itu, sejumlah orang yang ingin bergabung dengan NKRI menjadi korban kekejaman pasukan Fretilin, inilah lantas yang membuat banyak pengungsi yang berpindah ke perbatasan NTT.

Arnaldo dos Reis Araujo lantas pergi ke Jakarta untuk meminta bantuan. Setelah dia kembali ke Timor Timur, Araujo ditangkap oleh Fretilin.

Untuk menyelamatkan mereka yang pro Indonesia, TNI lantas diterjunkan ke Timor Timur. Sebelumnya, Arnaldo dos Reis Araujo ini adalah Gubernur pertama Timor Timur kala itu, dan Wakil Gubernur nya adalah Fransisco Xavier Lopes da Cruz.

Di Timor Leste sekarang ada empat bahasa yang digunakan di sana, yaitu Bahasa Tetun (bahasa lokal setempat), Bahasa Indonesia (bahasa pergaulan dan perdagangan) Bahasa Inggris, dan Bahasa Portugis (bahasa pemerintahan).

Bahasa Indonesia mereka kenal karena mereka di aneksasi Indonesia tahun 1975 sampai 1999. Bahasa Indonesia diajarkan di sekolah-sekolah di Timor Timur waktu itu. Mereka pun kini masih menonton film-film dan sinetron, juga lagu-lagu dan berita dari televisi Indonesia yang mereka tangkap lewat televisi berbayar.

Dikabarkan mereka lebih menyukai menonton film-film dan sinetron Indonesia ketimbang hiburan dalam Bahasa Portugis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun