Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Nikita Mirzani for President 2024" Muncul, Pengamat: Sindiran Telak bagi Pemerintah, Mengapa?

16 November 2020   09:01 Diperbarui: 16 November 2020   09:11 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal itu tercermin dari penyambutan Habib Rizieq Shihab yang bahkan melebihi penyambutan meriah yang dihelat untuk seorang raja.

Jalanan menjadi macet, beberapa penerbangan menjadi terganggu, melanggar protokol kesehatan, sejumlah fasilitas di bandara rusak, dan aktivitas di Bandara Soekarno-Hatta sempat lumpuh.

Tidak ada sikap tegas dari pemerintah kepada para pendukung HRS. Para pendukung HRS ini terkesan kekuatannya melampaui negara.

Masyarakat butuh pemimpin yang mampu menindak siapa saja yang melanggar aturan. Di tengah krisis kepercayaan inilah muncul sosok Nikita Mirzani yang berani menyindir HRS dan para pendukungnya.

Jadi munculnya poster "Nikita Mirzani For President 2024" ini sebagai bentuk sindiran dari masyarakat kepada pemerintah, menurut Wempy.

Jika Nikita Mirzani berani melawan kelompok-kelompok itu, mengapa pemerintah tidak?

Sementara itu advokat dan pengamat kebijakan publik Togar Situmorang mengatakan Nikita Mirzani bisa membuat laporan kepada polisi perihal pencemaran nama baik.

"Sebutan tukang obat yang dikeluarkan Nikita itu cuma istilah, tapi sebutan lonte, ini adalah penghinaan dan pencemaran nama baik," kata pemilik Law Firm Togar Situmorang itu, Sabtu (15/11/2020)

Situmorang menjelaskan men tag seseorang dengan kata monyet bisa ditetapkan sebagai tersangka, apalagi dengan ini.

"Negara harus hadir untuk melindungi warganya," kata Situmorang. Nikita disebut lonte oleh Ustaz Maheer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun