Anda pernah mendengar nama ini: Shayne Pattynama. Ketika Anda mengetik dua kata itu di kolom search Google, dua kata itu juga ada Wikipedia nya, kendati hanya dalam Bahasa Inggris.
Shayne Pattynama adalah olahragawan, kelahiran Lelystad, Belanda, 11 Agustus 1998 (22), dia adalah seorang pemain sepakbola profesional Belanda yang saat ini membela klub SC Telstar. Berposisi sebagai pemain belakang di Divisi II itu, tinggi postur tubuhnya adalah 180 cm.
Besar di negara Kincir Angin, pemain blasteran Belanda dan Indonesia itu sejak dini sudah diperkenalkan dengan permainan yang populer, sepakbola.
Menjadi andalan, Shayne sempat memperkuat FC Utrecht dan Ajax Amsterdam. Shayne memiliki cita-cita untuk berkiprah di kompetisi tertinggi dan menjadi pesepakbola top Eropa.Â
Tak heran, sebagai seorang yang berdarah Indonesia. Nama Pattynama di belakang Shayne seperti marga dari Maluku. Tiada referensi untuk menjawab dugaan atau pertanyaan apakah orangtuanya berdarah Maluku?
Yang jelas ayahnya berasal dari Semarang, Jawa Tengah.
Besar di negara Kincir Angin, membuat Shayne tidak mengenali budaya Indonesia. Namun demikian, dia mengatakan sejak kecil orangtuanya mengajarinya dua bahasa, yaitu Belanda dan Indonesia. Akan tetapi Shayne hanya fasih berbahasa Belanda. Bahasa Indonesia hanya satu dua kata.
Terlebih untuk bekal suatu saat nanti dia akan ke Indonesia, Shayne Pattynama mengaku ingin lebih fasih lagi berbahasa Indonesia. Mau tak mau, ini adalah bahasa asal ayahnya.
Kepada YouTube Yussa Nugraha, Shayne mengatakan jika dia sudah menyatakan keinginan kepada orangtuanya untuk kursus Bahasa Indonesia.
Jika suatu waktu dia dipanggil untuk memperkuat Timnas Garuda maka dia sudah siap melakoninya kendati dia sedang fokus berkarier di bola sepak Eropa.
Banyak fakta, seorang olahragawan top, termasuk pesepakbola, yang pada masa kecilnya memiliki tokoh idola. Begitu pun dengan Shayne Pattynama.
Masih kepada YouTube Yussa Nugraha, dia mengatakan bahwa sebenarnya sejak kecil Shayne mengidolakan nama-nama seperti Lionel Messi, Zinedine Zidane, dan Ronaldinho.
"Namun sama dengan posisi saya sebagai bek (kiri), saya mempunyai idola Marcelo Vieira, Jordi Alba, dan Alphonso Davies," katanya.
Tampil konsisten bersama FC Telstar dengan mencetak dua gol dan tiga assist dari sebelas kali main di semua ajang, banyak potensi Shayne bakal dilirik tim-tim dari Eredivisie, bahkan di benua biru lainnya.
"Saya sudah mendengar berita-berita tentang Indonesia, suatu kehormatan jika saya dipanggil memperkuat Indonesia, saya akan langsung katakan, ya," kata Shayne.
Memasuki musim keduanya di FC Telstar, Shayne kecil dan remaja mulai mengenal si kulit bundar pada usia 5 tahun, Shayne lantas bergabung dengan Ajax Amsterdam U-8, U-9, dan U-10.
U-13 dilakoninya bersama FC Utrecht. Setelah masa kontraknya yang sepuluh tahun jatuh tempo, dia baru masuk FC Telstar dan selalu menjadi pilar pelatih Andries Jonker.
Bekal untuk mewujudkan keinginannya berseragam Merah Putih sudah ada, ayahnya kan berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Kini tinggal bergantung kepada keputusan Shin Tae-yong, pelatih Indonesia asal Korea.
Jika Shin Tae-yong memanggilnya, maka kehadiran Shayne Pattynama bakalan mengalirkan "darah segar" bagi skuat Merah Putih. Gelaran Piala AFC tahun depan sudah menanti.
Bagaimana coach Shin?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H