Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ramos Horta: Mereka (Para Jurnalis) Itu Orang-orang Konyol, tapi Bukan dari Indonesia dan Australia

24 Oktober 2020   10:02 Diperbarui: 24 Oktober 2020   10:18 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramos Horta (republika.co.id)


Mantan Presiden ke-2 Timor Leste setelah merdeka dari Indonesia, Ramos Horta (70) mengatakan apa yang dikatakan jurnalis Suzuki-San adalah konyol.

"Dia (Suzuki-San) orang konyol, kontrak terbesar yang diteken perusahaan di Timor Leste bukan kepada Cina, tetapi ke Perancis," kata Ramos Horta.

Bukan kepada wartawan Jepang itu saja Ramos Horta mengatakan jurnalis konyol, tetapi kepada semua jurnalis di dunia yang mengatakan bahwa Timor Leste sudah masuk dalam jebakan Cina.

Global Times, Kamis (22/10/2020), melaporkan jika banyak jurnalis dari seluruh dunia yang menulis bahwa Timor Leste kini sudah masuk dalam "perangkap orang-orang Cina yang berbahaya".

Seperti diketahui dalam dunia perdagangan, negeri Tirai Bambu mempunyai program yang disebut dengan OBOR (One Belt One Road).

OBOR adalah jalur perdagangan Cina yang saling berhubungan dari benua Asia dan Eropa.

Maksud serta tujuan OBOR ini adalah negeri Tirai Bambu ingin memperlancar ekspor produk-produk buatannya dengan secepat mungkin ke Asia sekaligus Eropa.

Bukan tanpa kendala, program ini mengalami tembok hambatan karena ekspor produk-produk mereka harus melewati teritorial lautan negara lain.

Untuk memperlancar tujuannya, negeri Tirai Bambu melobi negara-negara tujuan dengan memberikan pinjaman dana terutama untuk membangun pelabuhan di negara tersebut.

Apa yang dimaksud dengan "jebakan Cina?"

Sri Lanka menjadi contohnya. Sri Lanka diberikan pinjaman oleh Cina, tetapi lantas negara itu tidak mampu melunasinya. Maka dengan demikian, operasional pelabuhan mereka lantas diambil alih orang-orang Tirai Bambu.

Para pengamat Inggris mengatakan itulah cara Tirai Bambu untuk memuluskan OBOR mereka.

Republik Demokratik Timor Leste juga dimasukkan dalam OBOR Cina, sejak tahun 2017.

"Mereka (jurnalis) orang-orang konyol," kata Ramos Horta kepada Global Times, merujuk kepada tulisan mereka yang mengatakan Timor Leste sudah masuk dalam jebakan Cina.

Akan tetapi, Ramos Horta menambahkan mereka (para jurnalis) konyol itu bukan dari Indonesia dan Australia yang notabene bersahabat dengan Timor Leste.

"Biang keladinya jurnalis Jepang Suzuki-San, jurnalis Jepang selalu obyektif dan tidak ingin berpura-pura tentang Cina," tambah Horta.

Suzuki-San yang bekerja untuk media massa Nikkei itu bahkan menulis jika Cina juga akan menempatkan militernya di Timor Leste, bukan saja memuluskan OBOR-nya.

Secara geografis menurut Suzuki-San, Timor Leste merupakan lokasi yang strategis secara militer karena berada di perlintasan Samudra Hindia, Pasifik, dan Australia.

Tidak terima dengan tulisan itu, Ramos Horta mengatakan Bumi Lorosae bersifat terbuka kepada siapa saja. Menurutnya, Bumi Lorosae mendapatkan banyak kunjungan kapal-kapal perang dari Perancis, Australia, dan Amerika Serikat yang berlabuh.

"Semua disambut. Tidak ada yang luar biasa," ujarnya.

Horta juga menjelaskan pinjaman dari Cina bukanlah yang terbesar, baru 400 juta USD. Dari Korea Selatan 700 juta USD. "Yang terbesar adalah dari Perancis," pungkasnya.

Setelah melalui berbagai tahapan dan konflik, pada akhirnya rakyat Timor Leste lebih memilih untuk merdeka dari Indonesia. Mereka tidak ingin negaranya menjadi bagian dari provinsi Indonesia yang ke 27 kala itu.

Pada saat merdeka, mereka mempunyai nafkah dari kekayaan minyak bumi dan gasnya yang terbenam di Laut Timor. Akan tetapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur, penyesalan datangnya belakangan.

Laporan dari Global Hunger Index, 21 tahun kemudian (referendum Agustus 1999 yang disponsori PBB, mayoritas rakyat Timor Timur memilih untuk lepas dari Indonesia), menyatakan jika Republik Demokratik Timor Leste kini menjadi negara nomor dua terlapar di dunia setelah Chad (Afrika Tengah).

Separuh dari penduduk Timor Leste mengalami apa yang disebut dengan dwarfisme (kekerdilan). Bayi-bayi yang baru dilahirkan terlihat nampak kurus kering dan lemah karena kekurangan malnutrisi. Hal itu nantinya akan menyebabkan mereka menjadi stunting.

Kekayaan mereka yang menjadi andalan yaitu minyak bumi dan gas kini persediaannya semakin menipis. Untuk menyambung hidup, negara lantas banyak menghutang kepada negara lain. Timor Leste juga kini cuma berharap mendapatkan belas kasihan dari negara lain.

Coba kalau dulu masih menjadi bagian dari Indonesia. Kenapa mereka ngotot ingin lepas dari Indonesia? Sekiranya demikian, mereka tidak akan menderita seperti ini. Namun kini nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan kemudian tiada guna.

Sedikit mengenai Ramos Horta. Sebelum menjabat sebagai Presiden ke-2 (20 Mei 2007) setelah merdeka dari Indonesia, Ramos Horta yang blasteran (ibu Timor Leste dan ayah Portugis) ini menjabat Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Bumi Lorosae. Ramos Horta pernah mendapat penghargaan Nobel Perdamaian tahun 1996.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun