Timor Leste kini memang telah merdeka dari Indonesia, namun ada sejumlah kenangan yang ditinggalkan dari Indonesia sebagai mantan negara penjajah.
Salah satunya, hal tersebut diungkapkan oleh Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo, beberapa saat setelah meninggalnya Soeharto. Seperti diketahui, Soeharto meninggal dunia pada 27 Januari 2008 dalam usianya yang ke 87 tahun.
"Orang-orang di Bumi Lorosae tidak bisa melupakan jasa-jasa besar Soeharto kepada kepada Timor Timur di segala segi kehidupan," kata peraih Nobel Perdamaian 1996 sekaligus eks Administrator Apostolik Dili. Hal itu dikatakan Ximenes Belo di Portugal kepada Antara, Senin (28/1/2008).
Belo mengatakan kendati Pak Harto sudah meninggal, akan tetapi dia berharap siapa pun penggantinya tetap mempunyai semangat seperti Presiden RI ke 2 itu dan terus menjalin kerjasama dengan Timor Leste.
Ximenes Belo juga menyatakan paska meninggalnya Soeharto, kerinduannya timbul dia ingin kembali ke Bumi Lorosae untuk memutar kembali perjalanan Presiden RI ke 2 selama masa pendudukan kurun 1976-1999 (24 tahun) tersebut.
Ximenes Belo juga menyatakan dan merasa bangga bahwa selama hidupnya dia pernah bertemu secara langsung dalam tiga kesempatan dengan Soeharto.
Pertemuan pertama adalah ketika Soeharto dan ibu Tien Soeharto melawat ke Dili guna meresmikan Gereja Katedral di kota itu.
Pertemuan kedua adalah ketika Soeharto meresmikan Patung Kristus Raja. Dan pertemuan yang ketiga adalah di Cendana.
Patung Kristus Raja yang diresmikan Soeharto itu merupakan patung tertinggi dan terbesar di dunia setelah Patung Christ The Redemeer di Brasil (36 meter). Sedangkan Patung Kristus Raja yang didirikan di atas Bukit Fatucama, bagian timur Dili tingginya 27 meter.
Angka 27 adalah simbol jika Timor Timur adalah provinsi ke 27 Indonesia.
Patung yang didirikan pada tahun 1996 itu kini dijadikan ritual keselamatan doa bagi penduduk dan juga menjadi salah satu destinasi wisata dari dalam negeri maupun mancanegara.