Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menggunakan Masker, Apa Bedanya Saat di Musim Hujan?

9 Oktober 2020   10:02 Diperbarui: 9 Oktober 2020   10:23 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggunakan masker di musim hujan (beritasatu.com)

"Masyarakat harus diedukasi dan diberikan nasehat soal penggunaan masker di musim penghujan," kata Karol Sikora kepada Daily Mail.

Untuk mencegah penularan virus Covid-19 di masa pandemi ini masyarakat secara keseluruhan dianjurkan salah satunya menggunakan masker penutup hidung dan mulut.

Namun kini memasuki musim penghujan, Karol Sikora, mantan pejabat di program kanker WHO, menghimbau pihak otoritas kesehatan di suatu negara agar memberikan penerangan kepada masyarakat agar membawa masker cadangan ketika bepergian di musim hujan seperti sekarang ini.

Jika masker terkena air hujan, menurut Sikora, maka masker ini kemampuannya akan berkurang fungsinya dalam penyaringan virus Covid-19.

Bukan hanya terkena air hujan, semua jenis masker yang menjadi lembap karena sebab apa pun, maka fungsinya untuk memfilter virus Covid-19 akan tidak efektif. Begitu pun dengan masker yang berharga mahal, sama saja, air hujan akan menghalangi aliran udara dan akan mengurangi filterisasi virus Covid-19.

Senada dengan Sikora, saya juga berpendapat masyarakat harus diberikan panduan mengenai masalah ini.

Sebelumnya WHO (World Health Organisation) sudah memberikan anjuran jika masker sudah lembap atau kotor, maka harus diganti dengan yang baru.

Jika Anda masih mempunyai pertanyaan kapankah waktu yang tepat untuk mengganti masker dengan yang baru? Maka jawabannya adalah seperti yang dikatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia itu, yaitu kalau masker itu sudah lembap dan kotor. Karena dalam keadaan demikian, masker tidak lagi efektif untuk mencegah penularan penyakit.

Pernyataan ini juga diperkuat dengan anjuran dari Dr Simon Clarke, seorang ahli biologi dari University of Reading.

"Sama seperti masker yang lembap karena batuk atau bersin, maka masker yang basah karena hujan juga harus diganti dengan yang baru," kata Clarke.

Clarke juga menyatakan dia secara pribadi selalu memastikan membawa masker cadangan jika bepergian karena jika sewaktu-waktu masker basah, sudah siap diganti.

Pendapat yang sama dikemukakan Tim Spector, seorang profesor epidemiologi genetik dari King's College London, Inggris.

"Penggunaan masker di musim hujan sangat penting. Gantilah masker yang basah karena hujan dengan yang kering," katanya.

Dalam hal penggunaan masker ini, relawan Covid-19 dr Tirta Mandira Hudhi menemukan masalah. Berdasarkan pengalamannya turun ke bawah, dr Tirta menemukan jawaban dari orang-orang miskin soal ajakan untuk mengenakan masker.

Orang-orang itu mengatakan boro-boro beli masker, yang penting buat mereka adalah makan. Mereka butuh makan, bukan masker.

"Bukan Covid-19 yang mereka takutkan, tapi kelaparan," kata dr Tirta.

"Kalau begitu mereka harus 2M dulu," kata dr Tirta lebih lanjut. 2M yang dimaksud adalah Makan dan Masker. Orang-orang kalangan bawah itu sangat sulit untuk menerapkan protokol kesehatan 3M.

Sehubungan dengan sosialisasi penggunaan masker ini, patut diacungi jempol dan ditiru apa yang dilakukan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Melalui akun YouTube KompasTV, Budi Karya Sumadi melakukan lelang buku "Membangun Transportasi Merajut Negeri" dan barang-barang pribadi lain miliknya.

Total uang Rp 5 miliar yang didapatkan dari lelang yang diadakan pada Selasa (6/10/2020) malam itu akan digunakan untuk gerakan sejuta masker.

Apakah masker harus profesional?

CDC, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, merekomendasikan masker kain buatan sendiri terkait dengan terbatasnya suplai masker profesional dan medis.

Sebuah penelitian yang dimuat di jurnal Extreme Mechanics Letters menyebutkan masker kain buatan sendiri sama baiknya untuk mencegah penularan partikel aerosol kecil, bahkan lebih memungkinkan untuk bernapas ketimbang masker medis.

Namun tentu saja masker kain buatan sendiri itu harus nyaman dan tidak sesak ketika bernapas.

Akan tetapi Taher Saif, PhD, seorang profesor Ilmu Mesin dan Teknik di University of Illinois, Amerika Serikat, memberikan catatan, masker buatan sendiri yang tidak nyaman dan berdaya tahan rendah dapat menyebabkan kebocoran melalui celah-celah. 

Jadi menurutnya, kinerja masker kain yang baik adalah yang tidak bocor aliran udaranya. Pakailah masker yang pas menutup hidung dan mulut serta menempel nyaman di dagu.

Saif juga sama menekankan masker kain yang menjadi lembap karena bersin, batuk, berbicara, atau hujan harus diganti dengan yang kering karena kurang efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun