Pendapat yang sama dikemukakan Tim Spector, seorang profesor epidemiologi genetik dari King's College London, Inggris.
"Penggunaan masker di musim hujan sangat penting. Gantilah masker yang basah karena hujan dengan yang kering," katanya.
Dalam hal penggunaan masker ini, relawan Covid-19 dr Tirta Mandira Hudhi menemukan masalah. Berdasarkan pengalamannya turun ke bawah, dr Tirta menemukan jawaban dari orang-orang miskin soal ajakan untuk mengenakan masker.
Orang-orang itu mengatakan boro-boro beli masker, yang penting buat mereka adalah makan. Mereka butuh makan, bukan masker.
"Bukan Covid-19 yang mereka takutkan, tapi kelaparan," kata dr Tirta.
"Kalau begitu mereka harus 2M dulu," kata dr Tirta lebih lanjut. 2M yang dimaksud adalah Makan dan Masker. Orang-orang kalangan bawah itu sangat sulit untuk menerapkan protokol kesehatan 3M.
Sehubungan dengan sosialisasi penggunaan masker ini, patut diacungi jempol dan ditiru apa yang dilakukan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Melalui akun YouTube KompasTV, Budi Karya Sumadi melakukan lelang buku "Membangun Transportasi Merajut Negeri" dan barang-barang pribadi lain miliknya.
Total uang Rp 5 miliar yang didapatkan dari lelang yang diadakan pada Selasa (6/10/2020) malam itu akan digunakan untuk gerakan sejuta masker.
Apakah masker harus profesional?
CDC, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, merekomendasikan masker kain buatan sendiri terkait dengan terbatasnya suplai masker profesional dan medis.
Sebuah penelitian yang dimuat di jurnal Extreme Mechanics Letters menyebutkan masker kain buatan sendiri sama baiknya untuk mencegah penularan partikel aerosol kecil, bahkan lebih memungkinkan untuk bernapas ketimbang masker medis.