"Politik kebencian" terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok belum juga mereda sampai saat ini, dan mungkin juga berikutnya. Apa pasal, karena Ahok adalah orang nomor satu di migas Pertamina, sebuah perusahaan BUMN pelat merah.
Pertamina buntung pada semester 1 tahun ini, migas rugi sampai Rp 11,28 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, migas menikmati keuntungan sebesar Rp 4,175 triliun. Dan migas juga terlempar dari "Fortune Global 500". Itu artinya Pertamina tidak lagi berada di 500 perusahaan yang paling menguntungkan di dunia.
Di balik kecaman itu ada beberapa pihak yang membela mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Salah satunya datang dari "bos" Ahok. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan kerugian Pertamina adalah wajar saja, karena situasi saat ini dipengaruhi oleh wabah pandemi Covid-19.
Perusahaan-perusahaan migas lainnya di dunia bahkan mengalami kerugian yang lebih besar daripada Pertamina. Sebut saja beberapa di antara mereka, Exxon asal Amerika Serikat, Shell asal Belanda, dan BP asal Inggris.
Bahkan migas Arab Saudi, Saudi Aramco yang digadang-gadang sebagai perusahaan yang paling menguntungkan sedunia juga mengalami penurunan yang sangat tajam. Penurunan keuntungan mereka bahkan mencapai 73,4%.
Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean juga membela mantan Bupati Belitung Timur itu. Menurutnya, PLN yang mengalami kerugian Rp 38,8 triliun atau tiga kali lipat dari Pertamina, koq Komisarisnya tidak dipersalahkan?.
Menurut Ferdinand, kecaman-kecaman yang ditujukan kepada Ahok selama ini hanyalah semata-mata dipicu oleh kebencian kepada pria berusia 54 tahun itu.
Kecaman terbaru datang dari Mulyanto yang adalah Wakil Ketua Fraksi PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang mempertanyakan kinerja Ahok sebagai Komisaris Utama PT Pertamina.
Menurutnya pemerintah harus berbuat sesuatu terhadap Ahok, jika tidak mau migas babak belur terus. "Sampai kapan bertahan seperti ini terus?" kata anggota Komisi VII DPR RI ini.
Mulyanto juga menyinggung ucapan Ahok ketika ditunjuk Erick Thohir menjadi Komisaris Utama Pertamina. Ahok pernah bilang "Merem saja Pertamina untung, asal diawasi".
Sebagai orang yang paling dipercaya di migas, menurut Mulyanto, seharusnya Ahok harus mampu melakukan pengawasan agar laju kendaraan berjalan baik dan menguntungkan.
"Dia pernah bilang merem saja Pertamina untung asal diawasi. Nah, apa kenyataannya? Ini berarti dia tidak bekerja dan tidak mampu melakukan pengawasan," katanya.
Menurut mantan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu secara perhitungan kasar seharusnya migas untung. Di kala harga minyak dunia anjlok ke angka yang paling rendah sepanjang sejarah, Pertamina bahkan tidak menurunkan harga BBM sedikit pun, termasuk BBM nonsubsidi yang harganya mengikuti harga minyak dunia.
Mulyanto menilai selama BTP menjabat Komisaris Utama, Pertamina tidak mencatat prestasi yang dibanggakan. Apa jadinya jika hal seperti ini dibiarkan?
Apakah pimpinan Pertamina tidak menyadari tentang harga BBM-nya yang lebih mahal (seperti yang disebut-sebut Mulyanto tadi)?
Bukan demikian adanya. Kita mendapatkan jawaban masalah itu dari Nicke Widyawati selaku Direktur Utama Pertamina.
Nicke Widyawati menjelaskan alasannya mengapa BBM Pertamina lebih mahal. Hal tersebut disebabkan karena crude yang bisa diolah kilang Pertamina hanya 3 persen saja dari pasokan dunia.
Hal itu dijelaskan Nicke di sebuah video virtual, Senin (5/10/2020).
"Penyebab harga yang lebih tinggi karena minyak mentah yang mampu dihasilkan kilang kita terbatas, baru 3 persen dari jumlah minyak mentah dunia," jelasnya.
Nicke juga menjelaskan kendala yang dialami perusahaan BUMN ini untuk memproduksi minyak mentah yang lebih banyak disebabkan sejumlah kilang saat ini sudah tua dan kapasitas pengolahannya juga tergolong kecil.
Bukannya para petinggi BUMN ini malas-malasan. Nicke menjelaskan lebih lanjut, jika Persero ini sekarang mempunyai program untuk memodernisasi kilang atau pembangunan kilang baru.
Dengan adanya kilang-kilang baru itu, maka nantinya kapasitas pengolahan yang dihasilkan akan lebih cepat dan lebih banyak yang pada ujung-ujungnya akan membuat harga jual BBM kita bersaing.
Berandai-andai, jika kilang baru sudah berputar dan memproduksi minyak mentah yang sekaligus banyak, maka dengan sendirinya ongkos produksi dapat lebih ditekan. Yang mana pada akhirnya harga BBM Pertamina nantinya dapat kompetitif dan dapat dijangkau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H