"Dia pernah bilang merem saja Pertamina untung asal diawasi. Nah, apa kenyataannya? Ini berarti dia tidak bekerja dan tidak mampu melakukan pengawasan," katanya.
Menurut mantan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu secara perhitungan kasar seharusnya migas untung. Di kala harga minyak dunia anjlok ke angka yang paling rendah sepanjang sejarah, Pertamina bahkan tidak menurunkan harga BBM sedikit pun, termasuk BBM nonsubsidi yang harganya mengikuti harga minyak dunia.
Mulyanto menilai selama BTP menjabat Komisaris Utama, Pertamina tidak mencatat prestasi yang dibanggakan. Apa jadinya jika hal seperti ini dibiarkan?
Apakah pimpinan Pertamina tidak menyadari tentang harga BBM-nya yang lebih mahal (seperti yang disebut-sebut Mulyanto tadi)?
Bukan demikian adanya. Kita mendapatkan jawaban masalah itu dari Nicke Widyawati selaku Direktur Utama Pertamina.
Nicke Widyawati menjelaskan alasannya mengapa BBM Pertamina lebih mahal. Hal tersebut disebabkan karena crude yang bisa diolah kilang Pertamina hanya 3 persen saja dari pasokan dunia.
Hal itu dijelaskan Nicke di sebuah video virtual, Senin (5/10/2020).
"Penyebab harga yang lebih tinggi karena minyak mentah yang mampu dihasilkan kilang kita terbatas, baru 3 persen dari jumlah minyak mentah dunia," jelasnya.
Nicke juga menjelaskan kendala yang dialami perusahaan BUMN ini untuk memproduksi minyak mentah yang lebih banyak disebabkan sejumlah kilang saat ini sudah tua dan kapasitas pengolahannya juga tergolong kecil.
Bukannya para petinggi BUMN ini malas-malasan. Nicke menjelaskan lebih lanjut, jika Persero ini sekarang mempunyai program untuk memodernisasi kilang atau pembangunan kilang baru.
Dengan adanya kilang-kilang baru itu, maka nantinya kapasitas pengolahan yang dihasilkan akan lebih cepat dan lebih banyak yang pada ujung-ujungnya akan membuat harga jual BBM kita bersaing.