Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perokok 14 Kali Lebih Besar Alami Kematian akibat Covid-19

24 September 2020   09:01 Diperbarui: 24 September 2020   08:58 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak kalah dengan di luar negeri, UI (Universitas Indonesia) juga melakukan survei tentang bagaimana dampaknya seorang perokok terhadap kerentanan terkena Covid-19.

Survei dilakukan kepada partisipan yang berjumlah 651 orang dari 25 propinsi di Indonesia. Para responden itu terdiri dari bukan perokok, mantan perokok (sudah bertaubat), dan perokok aktif.

Penelitian yang dilakukan oleh Krisna Puji Rahmayanti, S.I.A., M.P.A. dari Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia itu menemukan bahwa 84,1 persen dari mereka yang bukan perokok/mantan perokok mempercayai bahwa merokok menambah risiko seseorang gampang terpapar Covid-19.

Sedangkan perokok aktif yang mempercayai rokok dapat menambah kerentanan terkena Covid-19 hanya 36,4 persen. Selebihnya, yaitu 63,6 persen tidak percaya rokok dapat menambah kerentanan terkena penyakit Covid-19.

Data ini menunjukkan tingkat kepercayaan mereka yang tidak merokok bahwa udud menambah kerentanan, lebih tinggi dibandingkan dengan perokok aktif.

"Partisipan yang tidak merokok mayoritas (87,2 persen) percaya bahwa perokok yang terpapar Covid-19 akan mengalami gejala yang lebih parah. Partisipan perokok aktif tidak percaya bahwa perokok yang terpapar Covid-19 akan mengalami gejala yang lebih parah," jelas Puji, Selasa (15/9/2020) dalam Webinar Komnas PT.

Strategi mengurangi jumlah perokok

Tahu bahayanya merokok, namun sangat disayangkan, beberapa dari penikmat udud ini sangat sulit untuk lepas dari kebiasaan yang buruk tersebut.

Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk mengendalikan pemakaian tembakau, bahan untuk memproduksi rokok. Di antaranya adalah dengan peringatan bahaya merokok yang ditempelkan di bungkusnya.

Yang menjadi pertanyaan kemudian, mengapa larangan merokok yang dicantumkan dalam pamflet di sejumlah lokasi secara besar-besaran namun tidak memberikan dampak yang efektif? Apakah ada yang salah dengan cara ini?

Kebiasaan merokok dianggap wajar saja di kalangan masyarakat dan akses untuk mendapatkan rokok juga mudah dan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Rokok kretek, misalnya sudah menjadi tradisi dalam menjalin keakraban sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun