Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlu Penelitian Lebih Lanjut Mengapa AHH Yogyakarta Tertinggi

20 September 2020   10:02 Diperbarui: 20 September 2020   10:02 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umur panjang sebuah keniscayaan. Akan tetapi kita sering kagum melihat mereka yang centenarian, atau mereka yang dapat mencapai umur 100 tahun atau lebih.

Kerap kali kita nyanyikan atau ucapkan Selamat Ulang Tahun Semoga Panjang Umur dan Bahagia kepada kerabat atau teman-teman kita.

Dalam Alkitab, kita dapat temukan ayat yang mengatakan "Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia".

Ada satu wilayah di Indonesia yang membuat kita kagum, ialah Yogyakarta. BPS (Biro Pusat Statistik) Desember 2019 menyebutkan Yogyakarta dinobatkan sebagai wilayah yang AHH (Angka Harapan Hidup) nya paling tinggi di antara 34 propinsi di tanah air, baik laki-laki maupun perempuan.

AHH perempuan Yogyakarta adalah 76,76 tahun dan AHH laki-laki adalah 73,13 tahun. Angka itu lebih tinggi dari angka rata-rata AHH Indonesia secara keseluruhan, yaitu perempuan 73,33 tahun dan laki-laki 69,45 tahun.

Angka Harapan Hidup adalah rata-rata. Mereka bisa saja umurnya lebih singkat atau lebih panjang dari AHH tersebut. Atau dengan kata lain, Harapan Hidup adalah angka yang diharapkan seorang bayi yang baru lahir sampai kepada usia yang bakal diraihnya.

Meningkatkan Angka Harapan Hidup ini juga menjadi salah satu PR pemerintah untuk menjalankannya. Panjang umur, sehat, bahagia, dan sejahtera.

Apa yang menyebabkan kota gudeg itu demikian, perlu penelitian lebih lanjut. Namun mantan Menteri Kesehatan Nina F Moeloek mengatakan faktor-faktor yang diraih Yogyakarta ini adalah selain karena layanan kesehatan yang baik dan meningkat, juga karena gaya hidup dan pengaruh budaya.

Menteri Kesehatan era Joko Widodo lalu ini menyebut-nyebut orang-orang Yogya ini mempunyai sikap yang kalem dan tenang yang memengaruhi mereka panjang umur.

Seperti diketahui beberapa faktor umum yang memengaruhi panjang umurnya seseorang adalah selain dari faktor makanan, juga terhindar dari stres, cukup istirahat, dan meluangkan waktu untuk berolahraga.

Jika Anda berkunjung ke kota gudeg itu, tak heran di sana akan Anda temui banyak lansia (lanjut usia) yang aktif. Data BPS menunjukkan (per Desember 2019) ada lebih dari 558.000 lansia di sana, atau secara persentase 14,5 persen dari total 3,8 juta di Indonesia.

Kita dapat saksikan seorang sosok legendaris Biyem Setyo Utomo, atau biasa dipanggil Mbah Lindu. Mbah Lindu adalah seorang penjual gudeg yang sehari-hari mangkal di pos di depan Hotel Ramayana, sekitar 300 meter dari Malioboro.

Luar biasa, ternyata Mbah Lindu ini sudah berjualan gudeg nya selama 10 windu, sampai pada akhirnya Mbah Lindu menutup mata pada Minggu (12/7/2020) lalu dalam usianya yang ke 100 tahun!

"Makanan jalanan" Mbah Lindu bahkan sempat masuk didokumentasikan dan ditayangkan di Netflix pada 2019 dengan judul acara Street Food: Asia.

Orang Jepang memang klop dengan apa yang menurut para ahli kesehatan sebagai saran untuk panjang umur (gaya hidup, makanan, menghindari stres, berolahraga, cukup istirahat).

Orang-orang Jepang memang dikenal memiliki AHH yang tinggi dan meningkat.

Mereka menghindari makanan-makanan yang cepat saji atau gorengan. Mereka selalu mengonsumsi makanan yang sederhana namun kaya akan vitamin, protein, dan karbohidrat, seperti ikan, tahu, dan rumput laut.

Sebagai pendamping makan, mereka mengonsumsi teh hijau.

Orang-orang negeri matahari terbit ini juga tidak ingin cepat-cepat pensiun, mereka ingin tetap bekerja pada usia mereka 70-80 tahun.

Jika pun pensiun, mereka tidak tinggal sendirian. Mereka bergabung dengan komunitas yang saling berbagi pengalaman, menguatkan, dan saling percaya satu sama lainnya.

Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Jepang merilis data terbaru, Selasa (15/9/2020), orang-orang Jepang yang centenarian ada lebih dari 80.500 jiwa, dengan 88,2 persennya perempuan.

Tadi dikatakan persentase perempuan lebih tinggi dari laki-laki, baik di Yogyakarta maupun di Jepang.

Bukan saja di dua wilayah itu, Organisasi Kesehatan Dunia WHO juga mencatat data, persentase perempuan memang rata-rata lebih banyak daripada laki-laki di seluruh dunia.

Perlu penelitian lebih lanjut mengapa persentase perempuan lebih panjang umur daripada laki-laki, dan mengapa Yogyakarta memiliki Angka Harapan Hidup yang paling tinggi di antara 34 propinsi di Indonesia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun