Mundurnya Indonesia dari perhelatan Piala Thomas dan Uber 2020 yang dijadwalkan digelar di Aarhus, Denmark, pada 3-11 Oktober, setidaknya menimbulkan kekecewaan di sebagian pecinta bulutangkis.
Mereka ingin melihat kiprah Kevin Sanjaya dkk beraksi.
Memang dapat dipahami, keputusan yang diambil pada 11 September itu adalah demi keselamatan dan kesehatan para pemain dan ofisial.
Keputusan yang mengejutkan, pasalnya Indonesia adalah pemegang rekor terbanyak peraih Piala Thomas ini, yaitu 13 kali. Lebih banyak tiga kali dari Cina, dan delapan kali dari Malaysia.
Media terkemuka Perancis, France 24Â menyoroti keputusan mengejutkan tersebut. Pasalnya selain pemenang 13 Piala Thomas, tanpa kehadiran Indonesia di Aarhus, perhelatan ini akan terasa tidak berimbang.
Media itu menyebutkan Indonesia yang menjadi unggulan pertama di Piala Thomas, karena memiliki tiga ganda kuat masing-masing Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (1), Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan (2), dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (6), dan tunggal Anthony Sinisuka Ginting (6) dan Jonatan Christie (7).
France 24 menyebutkan para penonton ingin melihat aksi Kevin dkk.
Sebelumnya ada enam negara yang mundur yaitu Australia, Taiwan, Korea Selatan, Hongkong, Thailand, dan Singapura.
Melihat Indonesia mundur, Cina dan Jepang juga sudah siap-siap mundur, tidak sreg tanpa Indonesia.
Lagi pula, Denmark merupakan salah satu dari 59 negara yang melarang kedatangan Warga Negara Indonesia terkait pandemi Covid-19.
BWF mau menggelar di tengah Covid-19?
Ternyata BWF pun akhirnya menyerah. Mereka mengumumkan secara resmi menunda perhelatan dua tahunan ini.
Sembari federasi bulutangkis dunia itu menunggu tanggal alternatif, keputusan BWF itu ternyata disambut baik oleh sebagian kalangan di tanah air.
Sekretaris Jenderal PBSI Achmad Budiharto mengapresiasi keputusan itu. Merasa bersyukur, karena sebelum memutuskan menarik diri, PBSI sebenarnya berharap agar pagelaran Thomas dan Uber dapat ditunda.
Dengan demikian Indonesia masih punya kesempatan untuk tetap berpartisipasi, ke tahun depan. Indonesia masih berpeluang besar untuk meraih Piala Thomas.
"Ada informasi ditunda, belum tahu sampai kapan. Tetapi tahun depan sesudah Olimpiade Tokyo," kata Budiharto.
"Jika itu benar, maka kami bisa fokus ke Olimpiade dulu," lanjutnya.
Menurut Budiharto, kalender BWF akan sangat padat di tahun 2021. Selain Piala Thomas dan Uber, juga ada Olimpiade, Kejuaraan Dunia, dan Piala Sudirman.
Dari Malaysia, Sekjen BAM (asosiasi bulutangkis Malaysia), Kenny Goh, mengaku kecewa dengan keputusan BWF tersebut. Namun demikian dia masih dapat memahami pilihan itu yaitu untuk keselamatan dan kesehatan para pemain.
Malaysia yang meniru Indonesia yang melakukan simulasi menjelang Thomas dan Uber 2020 menyatakan tetap akan melanjutkan simulasi itu (President's Cup) kendati resmi diundur ke tahun depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H