Mengejutkan pula, karena selama ini Indonesia tidaklah dikenal sebagai sebuah negara pengekspor stainless steel ini. Kebalikannya, negara kita malah dikenal sebagai negara pengimpor baja dan baja nirkarat.
Sebelum kedatangan TKA asal Cina seperti yang disebutkan di atas, negara kita memang mempunyai cadangan nikel yang terbesar di dunia, yakni 21 miliar ton. Namun tidak ada satu pun perusahaan yang mengolah kekayaan tersebut menjadi stainless steel.
Malah negara kita dikenal sebagai negara pengekspor biji nikel yang diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan baja di seluruh dunia. Negara kita saat itu mencatat ekspor biji nikel ini sebesar 350 juta dolar AS.
Melalui Peraturan Menteri ESDM (Enerji dan Sumber Daya Mineral), pemerintahan RI di bawah Presiden Joko Widodo melarang ekspor nikel ini terhitung sejak 1 Januari 2020.
Namun sebelum Permen tersebut, pemerintah sebenarnya sudah mengundang investor dari luar negeri untuk menanamkan modalnya serta mengolah nikel Indonesia.
Gayung bersambut, undangan tersebut disambut sukacita oleh investor. Sekarang ini sudah ada 11 smelter nikel yang sudah didirikan dan 25 smelter lainnya sedang dalam proses.
Berawal pada akhir tahun 2015 berdirilah PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy di area Industri Morowali.Â
Perusahaan yang yang bergerak di carbon ferrochrome dan berkapasitas 600 ribu ton per tahun dan baja nirkarat cold rolled berkapasitas 700 ribu ton per tahun itu adalah kerjasama antara Tsingshan Holding Group, Ruipu Technology Group Co., Ltd dan PT Indonesia Morowali Industrial Park.
Kapasitas produksi sebesar itu menjadi yang terbesar smelter nikel di Indonesia.
Pada 26 Pebruari 2019, dengan dihadiri antara lain oleh Gubernur Sulawesi Selatan dan Presiden Direktur VDNI, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berkenan meresmikan smelter PT Virtue Dragon Nickel Industry.
Di Indonesia perusahaan ini berkantor di Gedung BEI, Tower 1, Lantai 31, Jakarta.