Sebuah media online (18/6/2020) mengabarkan akan ada 500 TKA (Tenaga Kerja Asing) yang kembali masuk Indonesia.
Mereka dikabarkan akan bekerja di PT Obsidian Stainless Steel dan PT Virtue Dragon Nickel Industry yang berlokasi di Sulawesi Tenggara.
Kedatangan mereka ke Indonesia ini meresahkan dikarenakan seperti diketahui wabah pandemi korona tengah menyebar ke seluruh dunia, dan kota Wuhan di Cina merupakan cikal bakal penyebaran virus mematikan tersebut.
Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi memang mengijinkan mereka masuk ke wilayahnya untuk bekerja membangun smelter (pemurnian). Ali Mazi menegaskan ke 500 TKA itu sudah memperoleh ijin dari Pemerintah Pusat.
Dan pihak Kementerian Ketenagakerjaan juga mengonfirmasi sudah memeriksa kelengkapan dokumen mereka untuk bekerja di Konawe, Sulawesi Tenggara.
Sedangkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM juga sudah dipenuhi dalam hal Permenkumham No 11 Tahun 2020 yang isinya mereka harus memiliki sertifikat kesehatan dan sudah melakukan karantina selama 14 hari di negaranya sebelum berangkat ke Indonesia.
"Kedatangan mereka adalah untuk mempercepat pembangunan smelter dengan menggunakan teknologi RKEF dari Cina," kata Jodi Mahardi, juru bicara Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Berkaitan dengan itu, ada kabar mengejutkan.
Dilansir dari Naviri Magazine, negara kita, Indonesia, kini menjadi negara eksportir produsen stainless steel atau baja nirkarat terbesar keempat di dunia setelah Cina, Eropa, dan India.
Dengan semakin meningkatnya kapasitas produksi nirkarat, maka nilai ekspor stainless steel Indonesia juga menunjukkan kenaikan yang signifikan. Jika di tahun 2017 bernilai 2 miliar dolar AS, maka setahun kemudian (di tahun 2018) nilainya menjadi 3,5 miliar dolar AS. Dan di tahun berikutnya (yaitu 2019) malah meningkat lagi menjadi 7,5 miliar dolar AS.
Di saat perhatian pemerintah terfokus kepada wabah pandemi korona dan upaya penanganannya yang menyita banyak pengorbanan. Tentu saja berita ini mengejutkan, Uni Eropa bahkan menerapkan bea masuk anti-dumping baja nirkarat Indonesia.
Mengejutkan pula, karena selama ini Indonesia tidaklah dikenal sebagai sebuah negara pengekspor stainless steel ini. Kebalikannya, negara kita malah dikenal sebagai negara pengimpor baja dan baja nirkarat.
Sebelum kedatangan TKA asal Cina seperti yang disebutkan di atas, negara kita memang mempunyai cadangan nikel yang terbesar di dunia, yakni 21 miliar ton. Namun tidak ada satu pun perusahaan yang mengolah kekayaan tersebut menjadi stainless steel.
Malah negara kita dikenal sebagai negara pengekspor biji nikel yang diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan baja di seluruh dunia. Negara kita saat itu mencatat ekspor biji nikel ini sebesar 350 juta dolar AS.
Melalui Peraturan Menteri ESDM (Enerji dan Sumber Daya Mineral), pemerintahan RI di bawah Presiden Joko Widodo melarang ekspor nikel ini terhitung sejak 1 Januari 2020.
Namun sebelum Permen tersebut, pemerintah sebenarnya sudah mengundang investor dari luar negeri untuk menanamkan modalnya serta mengolah nikel Indonesia.
Gayung bersambut, undangan tersebut disambut sukacita oleh investor. Sekarang ini sudah ada 11 smelter nikel yang sudah didirikan dan 25 smelter lainnya sedang dalam proses.
Berawal pada akhir tahun 2015 berdirilah PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy di area Industri Morowali.Â
Perusahaan yang yang bergerak di carbon ferrochrome dan berkapasitas 600 ribu ton per tahun dan baja nirkarat cold rolled berkapasitas 700 ribu ton per tahun itu adalah kerjasama antara Tsingshan Holding Group, Ruipu Technology Group Co., Ltd dan PT Indonesia Morowali Industrial Park.
Kapasitas produksi sebesar itu menjadi yang terbesar smelter nikel di Indonesia.
Pada 26 Pebruari 2019, dengan dihadiri antara lain oleh Gubernur Sulawesi Selatan dan Presiden Direktur VDNI, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berkenan meresmikan smelter PT Virtue Dragon Nickel Industry.
Di Indonesia perusahaan ini berkantor di Gedung BEI, Tower 1, Lantai 31, Jakarta.
Rudi Rusmadi, Manajer Umum PT VDNI, mengatakan sampai dengan akhir 2018 PT VDNI berkontribusi 142,3 juta dolar AS terhadap ekspor Indonesia. Perusahaan ini juga menyerap lebih dari 8.000 pekerja yang berasal dari warga sekitar pabrik.
Dan area Industri Morowali, Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tenggara itu kini memproduksi 3,5 juta ton baja nirkarat per tahunnya.
Angka yang luar biasa tersebut menjadikan negara kita menjadi produsen baja nirkarat terbesar keempat di dunia setelah Cina, Uni Eropa dan India.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H